Tolak Miras, Warga Sleman Datangi Resto, Minta Kepastian Tak Ada Penjualan
Sejumlah warga dan pemuda masjid didampingi Kokam mendatangi sebuah resto di wilayah Mlati Kabupaten Sleman
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Gelombang penolak miras terjadi di Kabupaten Sleman. Sejumlah warga dan pemuda masjid didampingi Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhamadiyah (Kokam) mendatangi sebuah resto di wilayah Mlati Kabupaten Sleman, Jumat (14/11/2025) petang.
Kedatangan mereka meminta klarifikasi sekaligus komitmen pihak manajemen resto agar tidak menjual minuman beralkohol (mihol).
Penasehat Hukum Warga, Agung Nugroho mengatakan, kedatangan dirinya bersama warga dan pemuda masjid ini merupakan kali kedua.
Di pertemuan pertama bulan Agustus lalu, warga telah mengingatkan agar resto yang berlokasi dekat masjid dan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) tersebut, tidak menjual mihol.
Pertemuan disambut baik, sejumlah botol mihol yang terpasang di display maupun di menu ditakedown.
Akan tetapi dugaan penjualan mihol muncul kembali. Sebab, meskipun sudah dihilangkan dari menu, warga menemukan kecurigaan, pengunjung masih bisa memesan mihol dengan sistem by order. Artinya jika ada yang membutuhkan, maka resto mengakomodir.
"Jadi warga di sini hanya ingin kalaupun sudah dihilangkan dari menu maupun di display. Tapi jangan sampai dikemudian hari nanti, tetap melayani pengunjung yang menginginkan minuman beralkohol. Hanya sebatas itu," kata Agung.
Warga khawatir apabila tidak diingatkan, ke depan penjualan mihol bakal semakin masif dan berdampak negatif bagi lingkungan mereka. Apalagi lokasi resto tersebut berdekatan dengan masjid maupun fasilitas pendidikan.
Komandan Kokam Sleman Pupud Purnomo yang hadir dalam pertempuran mengungkapkan, kehadiran dirinya diutus PDM Muhammdiyah untuk membersamai warga karena sesuai dengan gerakan organisasi yakni amar ma'ruf nahi munkar atau mengajak kebaikan, melarang pada kemungkaran.
Menurut dia, dalam pertemuan pertama sebenarnya telah disampaikan kepada manajemen resto bahwa keberatan warga cuma satu yaitu terkait praktik penjualan mihol.
Pihak resto merespon baik pertemuan pertama sebagai bahan evaluasi. Mihol yang semula terpasang di display maupun di menu ditakedown.
Akan tetapi, berjalan waktu, masih ada informasi berkembang bahwa praktik penjualan mihol di resto tersebut masih terjadi. Sebab itu, dirinya datang untuk membersamai warga sekaligus klarifikasi kepada pihak resto.
"Nah intinya (kedatangan) kami diterima baik dan diberikan penjelasan lengkap. Poin yang kami terima, pihak resto akan mengevaluasi. Artinya informasi yang diterima resto (soal masih ada penjualan mihol) akan dievaluasi secara internal. Kami menyambut baik. Mudah-mudahan ini jadi awal baik agar tidak ada lagi penjualam miras di sini. Kita harapkan juga, resto terus berkembang sesuai dengan konsep restonya. Kami sangat mendukung itu," kata Pupud.
Baca juga: 3 Rekomendasi Kafe dengan Pemandangan Langit Sore di Jogja
"Kami garis bawahi juga semoga sinergitas warga dapat terpenuhi dengan baik. Jika ada hal yang tidak sejalan bisa dikomunikasikan," imbuh dia.
Lawyers pihak resto, Tommy Susanto mengatakan, pihaknya menyambut baik silaturahmi warga. Hanya saja ia menyayangkan dari pertemuan tersebut, warga tidak membuka siapa nama orang yang datang ke resto dan memesan minuman beralkohol seperti yang dituduhkan.
| Dua SPPG di Mlati dan Ngemplak Sleman Disetop Sementara |
|
|---|
| Sejumlah Pelajar di Jogja Bentrok di Kawasan Mandala Krida, Satu Diamuk Warga |
|
|---|
| Tuntutan Serikat Buruh hingga Kenaikan UMK dari Tahun ke Tahun di Sleman |
|
|---|
| Dinkop UKM Punya Program Magang Koperasi, Alumni Bisa Langsung Dipekerjakan |
|
|---|
| Kejati DIY Sebut Hasil Audit Kerugian Negara pada Kasus Bandwith di Sleman Capai Rp3,5 Miliar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Tolak-Miras-Warga-Sleman-Datangi-Resto-Minta-Kepastian-Tak-Ada-Penjualan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.