Dua SPPG di Mlati dan Ngemplak Sleman Disetop Sementara

Terdapat 89 SPPG di Kabupaten Sleman, dengan 68 di antaranya telah beroperasi. Sedangkan lainnya masih dalam persiapan.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin
KERACUNAN MASSAL : Foto dok ilustrasi. Sejumlah siswa dibawa ke Puskesmas Mlati II setelah mengalami gejala diduga akibat keracunan menu MBG yang disantap kemarin. Namun baru merasakan gejala pada Rabu (13/8/2025) hari ini 
Ringkasan Berita:
  • Dua SPPG di Mlati dan Ngemplak Sleman disetop sementara operasionalnya. 
  • Penghentian sementara SPPG sesuai ketentuan BGN bahwa SPPG yang diduga bermasalah atau menyebabkan dugaan keracunan MBG harus dihentikan sementara.

 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Badan Gizi Nasional (BGN) telah menegaskan bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang diduga bermasalah atau menyebabkan dugaan kasus keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) dihentikan sementara. 

Adapun di Kabupaten Sleman, ada dua dapur yang kini operasionalnya dihentikan sementara. 

"Per hari ini, yang dihentikan ada dua, SPPG di Mlati dan Ngemplak. Tapi infonya besok sudah mulai dioperasikan," kata Wakil Ketua Satgas Percepatan Program MBG Pemkab Sleman, Agung Armawanta, Jumat (14/11/2025). 

Jumlah SPPG di Sleman

Terdapat 89 SPPG di Kabupaten Sleman, dengan 68 di antaranya telah beroperasi. Sedangkan lainnya masih dalam persiapan. Adapun untuk dugaan keracunan, pada Oktober lalu sempat terjadi kasus di wilayah Mlati. Gejala keracunan yang menyebabkan ratusan  siswa pusing hingga diare dari tiga sekolah ini diduga akibat mengonsumsi menu MBG. 

Sampel makanan yang diambil antara lain Tahu Balado, Opor Ayam, Nasi Acar Wortel dan Anggur. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah mengungkapkan, dari beberapa sampel pangan yang diuji di laboratorium ada sejumlah makanan yang mengandung bakteri E-coli. 

Deputi Bidang Pemantauan dan Pengawasan BGN, Dadang Hendrayudha saat kunjungan di Sleman pada Rabu (5/11/2025) mengungkapkan, dapur SPPG di Kabupaten Sleman yang menyebabkan para siswa diduga mengalami keracunan dipastikan telah dievaluasi. Operasional dapur sementara dihentikan, sampai hasil laboratorium keluar sekaligus meminta agar infrastrukturnya diperbaiki.

Menurut Dadang, dari beberapa kasus ada yang masih proses pendalaman dan ada pula yang sudah keluar hasil laboratoriumnya. Ia mengklaim bahwa siswa yang bergejala keracunan jumlahnya relatif sedikit dibandingkan jumlah penerima manfaat. 

"Kita lihat jumlah penerima manfaat 3.600-3.700 (tiap dapur) yang terdampak ada yang 10, 30 ternyata hasil lab negatif dan ada juga yang mengandung e-coli jadi mungkin masalah air saja. 
Ini kami meminta kepada satgas (MBG) bantuannya," kata dia.(*) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved