Dampak Musim Hujan, Kota Yogya Alami Defisit Pengolahan Sampah 75 Ton Per Hari

Menurutnya, saat ini, belasan ton sampah gagal terkelola setiap harinya dan terpaksa disimpan di depo atau tempat penampungan sementara.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
SAMPAH MELUBER: Foto dok. Petugas Depo Mandala Krida, Kota Yogyakarta, berjibaku menutup luberan sampah yang sudah melampaui pagar dengan terpal, Selasa (11/11/25). 

Ringkasan Berita:
  • Jogja kembali menghadapi tantangan berat dalam pengelolaan sampah seiring masuknya musim penghujan.
  • Kemampuan mesin pembakar sampah atau insinerator milik DLH Kota Yogyakarta menurun drastis.
  • Saat ini, belasan ton sampah gagal terkelola setiap harinya dan terpaksa disimpan di depo atau tempat penampungan sementara.
  • Apa yang jadi penyebab, berikut ulasannya

 

TRIBUNJOGJA.COM - Masalah persampahan di Kota Yogyakarta kembali menghadapi tantangan berat seiring masuknya musim penghujan.

Imbas cuaca yang kurang bersahabat, kemampuan mesin pembakar sampah atau insinerator milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, menurun drastis.

Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko, mengakui adanya kendala serius akibat hujan yang semakin rutin melanda.

Gagal terkelola

Menurutnya, saat ini, belasan ton sampah gagal terkelola setiap harinya dan terpaksa disimpan di depo atau tempat penampungan sementara.

Ia menjelaskan, kendala utama saat ini adalah mayoritas sampah yang masuk dalam kondisi basah kuyup akibat guyuran hujan.

"Ya, karena memang musim hujan toh, sampah yang masuk dalam kondisi basah semua. Kinerja mesin-mesinnya, dan insinerator itu berkurang, menurun," tandasnya, Kamis (13/11/25).

Haryoko mengungkapkan, kondisi terkini, terdapat sekitar 15 armada truk sampah yang tidak bisa diselesaikan pengolahannya dalam satu hari.

Tumpukan sampah menggunung

Dampaknya, dalam kurun satu pekan terakhir, tumpukan limbah yang menggunung mulai tampak di bebeberapa depo di Kota Yogyakarta.

"Sekitar 75 ton (defisit per hari). Upaya pengolahan tetap kita optimalkan. Tapi, mau tidak mau, pertama jelas kita simpan dulu di depo," tuturnya.

Untuk mengantisipasi timbunan di depo agar tidak semakin menggunung, pihaknya telah meminta kuota pembuangan mingguan menuju TPA Piyungan, di Kabupaten Bantul.

Haryoko pun mengaku sudah mendapat lampu hijau dari Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, meski kuota yang diberikan cenderung sangat terbatas.

"Kita menyampaikan permohonan ke Pemda DIY dan sudah disetujui. Setiap minggunya kita dijadwalkan ke TPA, kita dikasih kuota 300 ton per minggu," ujarnya.

Kondisikan depo

Kendati demikian, ia mengakui, butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengondisikan depo menuju kondisi normal seperti sedia kala.

Haryoko bilang, fokus utama DLH saat ini adalah menjaga supaya sampah yang masuk ke depo tidak sampai meluber hingga ke badan jalan.

"Kita berusaha, jangan sampai ada sampah ke jalan. Tapi, kayaknya itu masih butuh waktu kalau harus cling lagi seperti dulu, begitu," terangnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved