Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Berlaku di Dua Daerah di DI Yogyakarta
Dua daerah di DI Yogyakarta telah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi, yakni Kulon Progo dan Gunungkidul.
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
Adapun mengenai faktor yang memicu peningkatan erupsi di antaranya karena peningkatan suplai magma dan faktor kestabilan kubah lava. Curah hujan yang tinggi akan dapat mengganggu kestabilan kubah lava.
"Kejadian tadi malam dan dini hari tadi sepertinya gabungan dari kedua faktor tersebut," ujarnya.
Butuh kesiapsiagaan masyarakat
Menurut Guru Besar Manajemen Kebencanaan Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Prof. Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, M.T., aktivitas Gunung Merapi masih normal jika ditinjau dari statusnya.
Saat ini, Gunung Merapi berstatus Siaga (Level III) sejak 5 November 2020 lalu.
“Merapi dalam konteks normalitas status itu (Siaga) normal, artinya kegiatan yang terjadi sekarang itu emang proses guguran kubah lava, apabila ada sektor yang tidak stabil,” katanya, Senin (03/11/2025).
“Jadi ada pergeseran dari 2010 yang eksplosif kuat, menjadi proses pembentukan kubah. Pertumbuhan kubah berlangsung terus sampai sekarang, dan terjadi guguran-guguran kubah, proses itu normal dalam konteks tipe erupsi Merapi,” sambungnya.
Meski ada peningkatan aktivitas, namun levelnya belum membahayakan, sehingga sebaiknya tidak ada kenaikan status menjadi Awas.
Ia menilai yang perlu diperhatikan saat ini adalah kesiapsiagaan masyarakat di lereng Merapi.
Secara umum, kesiapsiagaan masyarakat di lereng Merapi sudah baik. Apalagi saat ini sudah banyak kanal sosialisasi kesiapsiagaan.
Di samping itu, ada organisasi warga, relawan, komunitas, hingga sistem peringatan dini untuk menanggulangi bencana erupsi Merapi.
“Yang perlu ditekankan adalah kesiapsiagaan masyarakat, apakah sudah sesuai dengan yang ada sekarang. Di dalam SNI tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana erupsi gunung api itu sudah ada leveling-nya. Kalau normal harus ngapain, kalau waspada harus ngapain, kalau siaga harus ngapain, kalau awas ngapain. Itu yang perlu dicermati,” terangnya.
Dalam status Siaga, lanjut dia, seharusnya semua sistem sudah bekerja dengan baik.
Mulai dari mekanisme evakuasi, pengungsian, hingga kebutuhan logistik sudah dipersiapkan.
“Sesuai dengan sektor mana yang paling berpotensi terpapar ke guguran kubah lava. Jangan berpikir semuanya punya jarak yang sama. Tingkat kesiapsiagaannya berbeda, sambil mengecek kembali apakah masyarakat punya kesiapan untuk yang cukup dalam merespon peringatan dini,” lanjutnya.
Ia menekankan dalam keadaan Siaga, semua sarana prasarana sudah harus disiapkan.
Selain itu, rencana kontijensi yang sudah disusun harus dibarengi pelatihan atau simulasi kebencanaan. (Tim Tribun Jogja)
| Gelar Dialog Terbuka, Bupati Gunungkidul Ajak Media Jadi Mitra Strategis |
|
|---|
| Inflasi Gunungkidul 0,28 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Kenaikan Harga Emas hingga Cabai Merah |
|
|---|
| Kafe Buka 24 Jam di Wilayah Sleman Berkonsep Natural Modern |
|
|---|
| BPBD Gunungkidul Tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi hingga Januari 2026 |
|
|---|
| Ratusan Siswa di Ponjong Gunungkidul Keracunan Menu MBG, Dinkes Sebut Proses Pendinginan Tak Tepat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.