Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Pakar UPNVY Tekankan Kesiapsiagaan Masyarakat

Meski ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi, namun levelnya belum membahayakan, sehingga sebaiknya tidak ada kenaikan status menjadi Awas

Dok. BPPTKG Yogyakarta
AWAS PANAS - Gunung Merapi di perbatasan Jateng-DIY kembali memuntahkan awan panas guguran (APG) Minggu (2/11/2025) sejak pagi hingga sore hari. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan pada Minggu (02/11/2025) kemarin. 

Pada Minggu (02/11/2025) kemarin, terjadi tujuh kali awan panas guguran (APG) ke arah Kali Krasak, dengan jarak luncur maksimum 2.500 meter. 

Teramati pula 19 kali guguran lava ke arah Barat Daya (Kali Sat/ Kali Putih, Kali Bebeng, Kali Krasak) dengan jarak luncur maksimum 2.000 meter.

Sementara pada Senin (03/11/2025) hingga pukul 12.00 WIB, tercatat ada 2 kali awan panas guguran ke arah Kali Krasak dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter.

Teramati pula 3 kali guguran lava ke arah Kali Krasak dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter.

Menurut Guru Besar Manajemen Kebencanaan Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Prof. Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, M.T., aktivitas Gunung Merapi masih normal jika ditinjau dari statusnya.

Saat ini, Gunung Merapi berstatus Siaga (Level III) sejak 5 November 2020 lalu.

“Merapi dalam konteks normalitas status itu (Siaga) normal, artinya kegiatan yang terjadi sekarang itu emang proses guguran kubah lava, apabila ada sektor yang tidak stabil,” katanya, Senin (03/11/2025).

“Jadi ada pergeseran dari 2010 yang eksplosif kuat, menjadi proses pembentukan kubah. Pertumbuhan kubah berlangsung terus sampai sekarang, dan terjadi guguran-guguran kubah, proses itu normal dalam konteks tipe erupsi Merapi,” sambungnya.

Meski ada peningkatan aktivitas, namun levelnya belum membahayakan, sehingga sebaiknya tidak ada kenaikan status menjadi Awas. 

Ia menilai yang perlu diperhatikan saat ini adalah kesiapsiagaan masyarakat di lereng Merapi.

Secara umum, kesiapsiagaan masyarakat di lereng Merapi sudah baik. Apalagi saat ini sudah banyak kanal sosialisasi kesiapsiagaan.

Di samping itu, ada organisasi warga, relawan, komunitas, hingga sistem peringatan dini untuk menanggulangi bencana erupsi Merapi.

“Yang perlu ditekankan adalah kesiapsiagaan masyarakat, apakah sudah sesuai dengan yang ada sekarang. Di dalam SNI tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana erupsi gunung api itu sudah ada leveling-nya. Kalau normal harus ngapain, kalau waspada harus ngapain, kalau siaga harus ngapain, kalau awas ngapain. Itu yang perlu dicermati,” terangnya.

Dalam status Siaga, lanjut dia, seharusnya semua sistem sudah bekerja dengan baik.

Mulai dari mekanisme evakuasi, pengungsian, hingga kebutuhan logistik sudah dipersiapkan.

“Sesuai dengan sektor mana yang paling berpotensi terpapar ke guguran kubah lava. Jangan berpikir semuanya punya jarak yang sama. Tingkat kesiapsiagaannya berbeda, sambil mengecek kembali apakah masyarakat punya kesiapan untuk yang cukup dalam merespon peringatan dini,” lanjutnya.

Ia menekankan dalam keadaan Siaga, semua sarana prasarana sudah harus disiapkan.

Selain itu, rencana kontijensi yang sudah disusun harus dibarengi pelatihan atau simulasi kebencanaan. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved