Pemkab Gunungkidul Klaim Prevalensi Stunting Turun hingga 16,62 Persen

Penurunan ini merupakan hasil dari peluncuran sejumlah program inovatif yang melibatkan masyarakat dan berbagai elemen lintas sektor.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
istimewa
Foto dok ilustrasi. Grafik data Kemenkes RI yang menunjukkan penurunan angka stunting di Kabupaten Gunungkidul 
Ringkasan Berita:

 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL -  Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengklaim angka prevalensi stunting di wilayahnya terus menunjukkan tren penurunan dalam tiga tahun terakhir.

Prevalensi stunting di Gunungkidul pada 2023 tercatat sebesar 22,2 persen, kemudian menurun menjadi 19,7 persen pada 2024, dan kembali turun signifikan menjadi 16,62 persen pada 2025.

Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, mengatakan penurunan ini merupakan hasil dari peluncuran sejumlah program inovatif yang melibatkan masyarakat dan berbagai elemen lintas sektor.

“Ini pencapaian luar biasa dan menjadi bukti bahwa kerja bersama antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha mulai menunjukkan hasil,” ujarnya, pada Jumat (31/10/2025).

Genting dan Gerakan Ayah Teladan

Joko yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) menjelaskan, keberhasilan tersebut tidak lepas dari keberlanjutan berbagai program inovatif seperti Genting dan Gerakan Ayah Teladan.

Menurutnya, kedua gerakan itu mampu membangun kesadaran publik dan mendorong keterlibatan aktif warga dalam mencegah kasus stunting sejak dini.

Program Genting sendiri telah diresmikan di seluruh 18 kapanewon di Gunungkidul, dengan Rongkop menjadi wilayah terakhir yang meluncurkannya. Melalui program ini, masyarakat, komunitas, hingga perusahaan didorong untuk menjadi “orang tua asuh” bagi keluarga yang berisiko stunting.

“Orang tua asuh berkomitmen membantu pemenuhan gizi, seperti menyediakan ayam, sayur, atau makanan bergizi lainnya, sekaligus melakukan pendampingan bagi keluarga sasaran,” kata Joko.

Ia menegaskan, upaya penurunan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi juga berkaitan erat dengan pembangunan manusia dan masa depan daerah. Karena itu, Joko mendorong agar semangat konvergensi dan kolaborasi lintas sektor terus diperkuat.

“Stunting bukan sekadar masalah kesehatan, tapi tantangan pembangunan manusia dan investasi masa depan,” tegasnya.

Sementara itu, Panewu Rongkop, Edy Sedono, mengatakan bahwa berbagai elemen di wilayahnya juga aktif menjalankan kegiatan pencegahan stunting, mulai dari pendampingan calon pengantin, pemantauan ibu hamil, pemberian makanan tambahan, hingga penyediaan air bersih.

“Kami juga menggunakan aplikasi Elsimil, membuka posko konseling, serta melakukan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri dan sosialisasi kesehatan reproduksi. Jumlah orang tua asuh di Rongkop juga meningkat signifikan,” pungkasnya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved