Perpadi Dorong Fortifikasi Beras untuk Tekan Stunting dan Anemia
Melalui inovasi beras fortifikasi beras yang diperkaya vitamin dan mineral mereka ikut mendorong lahirnya generasi Indonesia yang lebih sehat.
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Bunga Kartikasari
Ringkasan Berita:
- Perpadi mendorong fortifikasi beras dengan zat besi, zinc, dan asam folat untuk lawan stunting dan anemia tanpa mengubah rasa nasi.
- Penggilingan padi diajak olah beras pecah dan menir jadi bahan fortifikasi, membuka peluang bisnis baru yang bernilai gizi tinggi.
- Lewat kerja sama dengan TeknoServe, pengusaha lokal dibimbing membuat beras bergizi tinggi yang siap bantu wujudkan generasi sehat Indonesia.
TRIBUNJOGJA.COM – Menurunkan angka stunting dan anemia di Indonesia kini bukan hanya urusan sektor kesehatan. Kalangan industri perberasan juga mulai ambil bagian.
Melalui inovasi beras fortifikasi beras yang diperkaya vitamin dan mineral mereka ikut mendorong lahirnya generasi Indonesia yang lebih sehat.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso, menegaskan bahwa fortifikasi beras merupakan langkah strategis memperbaiki kualitas gizi masyarakat. Apalagi, nasi menjadi makanan pokok utama hampir di seluruh daerah Indonesia.
“Stunting, anemia, dan kekurangan vitamin masih menjadi persoalan gizi. Karena sebagian besar karbohidrat kita berasal dari beras, maka sudah saatnya beras yang kita makan tidak hanya mengandung karbohidrat, tapi juga vitamin dan mineral mikro,” ujar Sutarto, Kamis (30/10/2025).
Ia menjelaskan, penambahan zat gizi seperti zat besi, asam folat, dan zinc terbukti membantu menurunkan prevalensi anemia serta mendukung tumbuh kembang anak. Menurutnya, perbaikan gizi berdampak langsung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
“Kalau gizinya cukup, daya pikir meningkat, tubuh lebih sehat, dan generasi kita bisa tumbuh lebih baik,” tambahnya.
Dari Gizi ke Bisnis, Peluang Baru bagi Penggilingan Padi
Selain membawa dampak sosial, fortifikasi beras juga membuka peluang bisnis baru bagi para pelaku usaha penggilingan padi.
Hal itu diungkapkan Burhannudin, perwakilan Perpadi, dalam kegiatan bimbingan teknis yang digelar pekan ini.
“Tujuan utamanya untuk meningkatkan gizi masyarakat. Tapi dari sisi usaha, potensi pasarnya juga besar. Produksi beras fortifikasi di Indonesia masih sedikit,” ujarnya.
Burhannudin menambahkan, bahan baku kernel beras fortifikasi bisa diolah dari hasil samping penggilingan, seperti beras pecah atau menir. Dengan begitu, penggilingan padi dapat memperoleh nilai tambah dari produk yang sebelumnya kurang bernilai ekonomi tinggi.
“Beras pecah pun bisa dijadikan bahan fortifikasi. Jadi ada peningkatan nilai dari produk yang selama ini dianggap sisa,” jelasnya.
Saat ini, baru sekitar 7–9 pengusaha penggilingan di Indonesia yang telah memproduksi beras fortifikasi. Sebagian besar masih dipasarkan di ritel modern dan belum banyak ditemui di pasar tradisional.
“Sejak 2015 kami terus mengedukasi pengusaha. Melalui bimtek ini, kami ingin memperluas skalanya agar produksi dan distribusinya semakin luas,” ungkapnya.
| Evaluasi MBG, Pemkab Gunungkidul Panggil Kepala SPPG Usai Kasus Keracunan Massal |
|
|---|
| Kisah Eras Yudhanto, Pemuda Jogja Lestarikan Budaya Lewat Bregada Prajurit PJ2 |
|
|---|
| Info Pendidikan: EHEF 2025 Hadir di GIK UGM, 87 Kampus Eropa Tawarkan Beasiswa |
|
|---|
| Kata Sri Sultan HB X Tanggapi Keracunan MBG yang Kembali Berulang |
|
|---|
| Jadwal dan Lokasi Pemadaman Listrik DIY Hari ini Jumat 31 Oktober 2025 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.