Merawat Warisan Piano Ki Hadjar Dewantara di Yogyakarta

Setiap memainkan piano Ki Hadjar, tidak sedikit orang menghampiri setelah selesai mendengarkan dan mengaku merasakan getaran magis yang berbeda.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
MG Shafira Puti Krisnintya
Hapsari tengah memainkan piano milik Ki Hadjar Dewantara yang sekarang menjadi koleksi museum, pada Kamis (30/10/2025), di Museum Dewantara Kirti Griya, Jalan Tamansiswa, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM - Lentik jemari Hapsari (52) menari di atas tuts gading piano yang pernah disentuh langsung oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.

Berkejaran dengan suara kendaraan yang berlalu lalang melewati Jalan Tamansiswa, dentingan suara tuts piano tua itu terdengar menggema dari ruang pojok Museum Dewantara Kirti Griya, yang berada di Jalan Tamansiswa Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta.

Piano tua itu merupakan piano asli milik Ki Hadjar Dewantara yang dibeli pada tahun 1938 dan kini menjadi 1 dari 3.000 lebih koleksi peninggalan Ki Hadjar Dewantara yang ada di Museum Dewantara Kirti Griya.

Hapsari, guru atau yang kerap disebut pamong di Tamansiswa, masih sering memainkan piano tersebut setiap kali ia berkunjung ke museum.

“Setiap kali ada kesempatan ke museum, misalnya ke perpustakaannya atau ada diskusi di ruang tengah yang luas itu, pasti ada dorongan untuk memainkan pianonya. Walaupun hanya satu lagu atau tembang,” ujarnya, saat ditemui di Museum Dewantara Kirti Griya, pada Kamis (30/10/2025).

Pelatih vokal di Taman Kesenian Tamansiswa itu memang selalu menyempatkan diri untuk memainkan piano Ki Hadjar Dewantara setiap sebulan sekali.

Tidak hanya untuk tujuan perawatan piano, namun juga karena ia merasa memiliki ikatan batin dengan piano itu.

Baca juga: Mengenal Museum Dewantara Kirti Griya di Jogja, Peninggalan Bapak Pendidikan Indonesia

Ia mengaku sudah tidak asing dengan piano Ki Hadjar Dewantara lantaran dirinya yang bersekolah di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan, masih satu lokasi dengan museum di kompleks Pendopo Agung Tamansiswa.

Pengalaman pertama Hapsari memainkan piano itu terjadi ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar karena diminta oleh pelatihnya di Taman Kesenian.

Perempuan yang akrab disapa Bu Sari itu juga bercerita bahwa salah satu teman sekelasnya merupakan putra Kepala Museum saat itu, yang dulu rumahnya berada tepat di belakang museum.

“Kami, anak-anak Taman Muda, biasa main di museum dan di rumah di belakang museum. Dan kadang-kadang juga bermain piano itu,” ucap Hapsari, menceritakan kenangan masa kecilnya bersama piano itu.

Jemari tangan Hapsari tengah memainkan partitur piano Kinanthi Sandoong, Kamis (30/10/2025).
Jemari tangan Hapsari tengah memainkan partitur piano Kinanthi Sandoong, Kamis (30/10/2025). (MG Shafira Puti Krisnintya)

Tembang Kinanthi Sandoong dan Spirit Ki Hadjar Dewantara

Setelah lulus SD, Hapsari lama tidak berkunjung ke kompleks Pendopo Agung Tamansiswa dan baru berkesempatan mengunjungi museum kembali ketika ia sudah menjadi seorang ibu.

Suami Hapsari yang kemudian aktif berkegiatan di museum membuatnya sering diminta oleh museum untuk memainkan piano Ki Hadjar Dewantara pada acara-acara tertentu.

Salah satu lagu yang paling sering dimainkan adalah tembang Kinanthi Sandoong karya Mangkunegara IV.

“Setiap tanggal 14 September, yaitu bertepatan dengan hari lahirnya Nyi Hadjar Dewantara, saya selalu diminta untuk ke museum dan memainkan tembang Kinanthi Sandoong menggunakan piano Ki Hadjar,” kata Hapsari.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved