Wisata Budaya dan Sejarah Masih Jadi Daya Tarik Utama DIY untuk Wisman Eropa

Sedangkan untuk wisata alam dan petualangan, wisman Eropa menyambangi Merapi, Menoreh, dan Nglanggeran. 

Dok. Pemkot Yogya
PERTUKARAN BUDAYA: Para personel Best Guruhi saat menyambangi kompleks Taman Sari, Kota Yogyakarta, Senin (23/6/25). 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Minat wisatawan Eropa mulai bergeser ke wisata alam. Kendati demikian, warisan budaya dan sejarah tetap menjadi daya tarik utama. 

Menurut Humas Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY, Iwan Sulistyanto, wisatawan Eropa mencari pengalaman yang autentik, seperti kehidupan kampung tradisional yang masih alami, interaksi dengan masyarakat lokal, dan kegiatan budaya sehari-hari. 

Ada beberapa destinasi favorit wisatawan Eropa. Untuk candi, wisman Eropa memilih Candi Borobudur, Prambanan, dan Sewu. Sementara untuk daerah bersejarah, umumnya Wisman Eropa mengunjungi Kraton Yogyakarta, Tamansari, dan Kotagede.

Sedangkan untuk wisata alam dan petualangan, wisman Eropa menyambangi Merapi, Menoreh, dan Nglanggeran. 

“Secara keseluruhan, wisatawan Eropa mencari pariwisata berbasis budaya, alam, dan pengalaman autentik, bukan sekadar atraksi buatan,” terangnya, Kamis (30/10/2025).

Ia menilai pasar wisatawan Eropa ke DIY masih sangat menjanjikan. Adapun negara-negara yang paling potensial untuk pasar wisata ke DIY adalah Belanda, Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol. 

Selain itu, terdapat pasar yang mulai tumbuh, seperti Polandia, Denmark, Belgia, Portugal, Argentina, dan Slovenia. Negara-negara tersebut memiliki minat kuat terhadap wisata budaya dan sejarah yang menjadi daya tarik utama DIY.

“Wisatawan Eropa rata-rata menginap selama 2 hingga 3 malam, bahkan pada beberapa kunjungan hingga 4 malam. Lama tinggal ini mencerminkan pola wisatawan yang menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu destinasi utama di Pulau Jawa, biasanya dikombinasikan dengan kota-kota lain seperti area Borobudur, Solo, dan Dieng,” ujarnya.

Untuk mengoptimalkan pasar Eropa, DIY perlu berbenah dan memperkuat strategi promosi internasional. Menurut dia, promosi harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, mampu melakukan presentasi dan memahami produk wisata secara mendalam.

Selain itu, promosi dilakukan secara kolaboratif, dengan mengombinasi destinasi Pulau Jawa dengan DIY sebagai pusat budaya. Tujuannya agar lebih menarik bagi wisatawan Eropa.

Dari sisi kebijakan, dibutuhkan kepastian regulasi minimal satu tahun ke depan, terutama terkait tarif dan akses ke objek wisata. 

“Diperlukan juga peningkatan fasilitas kota, seperti pedestrian yang tertata rapi sesuai fungsinya, serta pengelolaan sampah yang baik untuk menjaga kenyamanan. Faktor aksesibilitas juga sangat penting, mulai dari penerbangan langsung hingga kemudahan menuju objek wisata utama. Ini sering kali masih terkendala oleh kebijakan yang berubah-ubah dan biaya tinggi,” pungkasnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved