Perusahaan di DIY Daftar Jadi Penyelenggara Pemagangan Nasional, KADIN DIY Dorong Keberlanjutan

Perusahaan di DIY yang sudah mendaftar menjadi penyelenggara pemagangan mungkin belum sampai 10-an,

maganghub kemnaker
Ilustrasi magang nasional 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perusahaan di DIY sudah mulai mendaftar menjadi penyelenggara pemagangan nasional. Hal ini sejalan dengan pembukaan program pemagangan nasional batch 2 pada November 2025 mendatang.

Ketua Komtap Pembinaan dan Pengembangan Sekretariat Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DIY, Timotius Apriyanto mengatakan pada batch 1 lalu, ada beberapa perusahaan di DIY yang mengalami kendala teknis, sehingga gagal menjadi penyelenggara pemagangan.

“Ada progress cukup bagus ini. Sudah ada perbaikan sistem dan ada sosialisasi dari Kementerian Tenaga Kerja. Yang sudah mendaftar (perusahaan di DIY menjadi penyelenggara pemagangan) mungkin belum sampai 10-an,” katanya, Kamis (30/10/2025).

Pihaknya pun mendukung program pemagangan nasional. Menurut dia, program ini sangat positif. Tidak hanya menjadi insentif bagi industri, tetapi juga terbukanya lapangan pekerjaan.

Di samping itu, para pemagang akan diberikan upah sesuai dengan ketentuan upah minimum kabupaten/kota. 

Ia menerangkan jaringan pemagangan selaras dengan yang didorong oleh KADIN DIY melalui revitalisasi human capital atau sumber daya manusia. Revitalisasi tersebut meliputi revitalisasi keterampilan dan pendidikan vokasi. 

Perusahaan yang menjadi penyelenggara pemagangan nasional juga harus menyiapkan kurikulum pemagangan. 

Menurut dia, hal ini sejalan dengan yang dilakukan KADIN melalui program perbaikan kemitraan (propermi). Pasalnya kemitraan dengan pemagangan harus sesuai dengan alokasi yang dibutuhkan dan kompetensi dari peserta magang.

“Maksudnya tidak hanya magang, tetapi juga berkelanjutan. Harapannya memang para pemagang ini berkelanjutan menjadi bagian dari SDM perusahaan. Tentu perusahaan juga akan memilih. Nah, ini kan menjembatani problem yang kita sebut sebagai link and match,” terangnya.

Ia menilai Indonesia perlu bertransformasi seperti Jerman, dimana pendidikan dan industrinya terintegrasi menjadi dual sistem. Pendidikan di Jerman sudah berorientasi ke vokasional atau pendidikan kejuruan. Namun di Indonesia porsi pendidikan vokasi masih lebih kecil.

Untuk bertransformasi, Indonesia juga perlu berorientasi pada future skill atau keahlian-keahlian baru yang harus dimiliki, seperti creative thinking, collaborative skill, communication skill, lalu coding, artificial intelligence, mobility, cloud.

“Kalau dulu kan masih STEM (Science, Technology, Engineering, and Math). Kita STEM aja belum terpenuhi, apalagi sekarang namanya SMAC (Social, Mobile, Analytical Skill, Cloud),” ujarnya.

“Kita akan bertransformasi seperti Jerman, yang pendidikan dan industrinya menjadi satu. Namanya dual sistem itu. Dual sistem itu antara industri dan pemagangan terintegrasi. Nah untuk menuju ke sana juga berorientasi pada future skill,” imbuhnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved