BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi di DIY Hingga Dua Hari ke Depan

BMKG memprakirakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam dua hari ke depan

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
Dok. BPBD Bantul
EVAKUASI: Sejumlah relawan di Bantul sedang melakukan evakuasi pohon tumbang yang menimpa salah satu rumah warga di Nitipuran, Kalurahan Ngestiharjo, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Jumat (31/10/2025). 

 

Ringkasan Berita:
  • BMKG memperingatkan potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang masih akan melanda sebagian besar wilayah DIY dalam dua hari ke depan.
  • Hujan dan angin kencang pada Jumat lalu merusak puluhan rumah, menumbangkan puluhan pohon, hingga mengganggu jaringan listrik dan akses jalan di Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta.Aktivitas awan konvektif, suhu laut hangat, serta fenomena MJO disebut memperkuat pembentukan awan cumulonimbus yang memicu hujan deras dan angin kencang

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - BMKG memprakirakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam dua hari ke depan. 

Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang diperkirakan turun pada siang hingga sore hari, menyusul peristiwa serupa yang sehari sebelumnya menimbulkan kerusakan di empat kabupaten/kota.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Bambang Herwanto, menjelaskan bahwa hujan deras disertai angin kencang yang terjadi pada Jumat (31/10/2025) disebabkan oleh aktivitas awan konvektif yang cukup intens di wilayah DIY. 

Berdasarkan citra radar cuaca, awan-awan tersebut mulai tumbuh sejak pukul 10.20 WIB dan terus berkembang hingga menjelang sore.

“Dari hasil verifikasi radar, nilai reflektivitas mencapai 35–55 dBz, yang menunjukkan adanya hujan berintensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang,” ujar Bambang.

Ia menambahkan, pola konvergensi udara di wilayah Jawa menyebabkan perlambatan massa udara yang mendukung pertumbuhan awan hujan di atas DIY.

Cuaca ekstrem yang terjadi Jumat siang hingga sore itu menimbulkan dampak cukup luas di empat kabupaten/kota, yaitu Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta.

  • Di Kabupaten Bantul, hujan disertai angin kencang melanda empat kapanewon, yakni Kasihan, Pandak, Piyungan, dan Pleret. 

Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) DIY, kejadian itu menyebabkan delapan rumah rusak, 28 titik pohon tumbang, tiga tempat usaha rusak, lima jaringan listrik dan tiga akses jalan terganggu. 


Fasilitas pendidikan dan umum juga terdampak, termasuk satu unit truk yang tertimpa pohon.

  • Sementara itu di Kota Yogyakarta, hujan deras melanda delapan kemantren—Gondokusuman, Wirobrajan, Kotagede, Pakualaman, Umbulharjo, Danurejan, Mergangsan, dan Mantrijeron. 


Sedikitnya 13 titik pohon tumbang, lima akses jalan terganggu, dua baliho roboh, satu kios pasar rusak, serta satu jaringan internet dan jaringan listrik terdampak. 


Sebuah sekolah juga mengalami kerusakan pada tiang bendera, kamar mandi, dan laboratorium komputer. Satu orang dilaporkan luka akibat tertimpa baliho.

  • Di Kabupaten Sleman, angin kencang melanda Kapanewon Ngaglik, Minggir, dan Gamping. Akibatnya, tiga rumah rusak, dua titik pohon tumbang, satu jaringan listrik terganggu, dan satu akses jalan sempat tertutup. 
  • Adapun di Kulon Progo, kerusakan tercatat di Kapanewon Sentolo, berupa satu rumah rusak dan satu titik pohon tumbang.


Menurut Bambang, kondisi atmosfer pada saat kejadian memang mendukung pembentukan awan konvektif. 


Berdasarkan analisis meteorologi, angin pada lapisan 3.000 kaki dominan bertiup dari arah timur–tenggara dengan kecepatan sekitar 15 knot. Suhu muka laut di perairan selatan Jawa juga relatif hangat, berkisar antara 26–28°C dengan anomali 0,5–1°C, yang menandakan adanya potensi penguapan tinggi.


“Kelembapan udara di lapisan bawah hingga menengah juga cukup tinggi, yakni 80–95 persen pada ketinggian 5.000 kaki, 60–70 persen pada 10.000 kaki, dan 40–60 persen pada 18.000 kaki. Kondisi ini memperkuat potensi terbentuknya awan cumulonimbus yang sering memicu hujan lebat disertai angin kencang,” paparnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved