Asita DIY Sebut Kunjungan Wisman Eropa ke DIY Menurun, Ini yang Perlu Dilakukan

Humas Asita DIY, Iwan Sulistyanto mengatakan secara umum pasar Eropa masih menjanjikan, namun sempat menurun sekitar 30 persen pada 2025.

kompastravel
Foto ilustrasi. Wisata Jogja titik nol km dekat Malioboro 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY menyebut pasar wisatawan Eropa ke DIY menurun pada tahun 2025.

Humas Asita DIY, Iwan Sulistyanto mengatakan secara umum pasar Eropa masih menjanjikan, namun sempat menurun sekitar 30 persen pada tahun 2025.

Penurunan tersebut akibat faktor eksternal seperti konflik di Timur Tengah.

“Tren jangka panjang menunjukkan peningkatan positif sejak 2022 hingga 2024. Harapannya, tren ini juga akan mengalami peningkatan di 2026 dan tahun-tahun selanjutnya,” katanya, Kamis (30/10/2025).

Ia menerangkan DIY diuntungkan dengan letak geografisnya yang strategis, di tengah-tengah Pulau Jawa dan Indonesia.

Hal ini tentunya menjadi kesempatan baik untuk pengembangan akses, terutama penerbangan langsung dari Eropa ke Yogyakarta untuk memudahkan wisatawan.

Di samping itu, keberadaan destinasi wisata utama di sekitar area DIY, seperti Candi Borobudur dan Prambanan, juga sangat membantu untuk menjaga minat wisatawan Eropa untuk berkunjung ke Yogyakarta. 

Keunggulan ini perlu ditunjang dengan ekosistem pariwisata yang juga mendukung.

“Wisatawan Eropa menilai Yogyakarta sebagai kota budaya yang menarik. Dengan catatan, peluang besar ini tetap membutuhkan konsistensi kebijakan dan stabilitas regulasi dalam industri pariwisata, agar para pelaku bisnis dan wisatawan memiliki kepastian berwisata,” terangnya.

Strategi

Untuk mengoptimalkan pasar Eropa, DIY perlu berbenah dan memperkuat strategi promosi internasional.

Menurut dia, promosi harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, mampu melakukan presentasi dan memahami produk wisata secara mendalam.

Selain itu, promosi dilakukan secara kolaboratif, dengan mengombinasi destinasi Pulau Jawa dengan DIY sebagai pusat budaya. Tujuannya agar lebih menarik bagi wisatawan Eropa.

Dari sisi kebijakan, dibutuhkan kepastian regulasi minimal satu tahun ke depan, terutama terkait tarif dan akses ke objek wisata. 

“Diperlukan juga peningkatan fasilitas kota, seperti pedestrian yang tertata rapi sesuai fungsinya, serta pengelolaan sampah yang baik untuk menjaga kenyamanan. Faktor aksesibilitas juga sangat penting, mulai dari penerbangan langsung hingga kemudahan menuju objek wisata utama. Ini sering kali masih terkendala oleh kebijakan yang berubah-ubah dan biaya tinggi,” pungkasnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved