Apresiasi BWB 2025

Mengunjungi Pancuran Donotirto Lanang dan Wadon, Serta Melihat Gaok Bausasran, Nikmati Kisahnya

Ketiganya adalah, Gaok atau menara sirine Bausasran, Candi Donotirto atau Pancuran Donotirto Lanang di Kemetiran Kidul dan Pancuran Donotirto Wadon.

Editor: ribut raharjo
Tangkapan Layar
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta bersama Tim Juri Apresiasi Bangunan Warisan Budaya (BWB) 2025, Rabu (29/10/2025) mengunjungi tiga bangunan warisan budaya. 

Pun dengan Pancuran Donotirto Wadon di Pringgokusuman yang berada di tengah perkampungan warga Pringgokusuman.

Pancuran Donotirto Wadon masih menjadi bagian dari rangkaian saluran air yang berhulu Kali Winongo di Bendungan Bendolole. 

Pancuran Donotirto hingga kini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus.

Sementara Gaok Bausasran berada satu sudut persimpangan Jalan Hayam Wuruk, Bausasran, Kota Yogyakarta 

Menara ini merupakan peninggalan masa Kolonial Belanda yang dibangun pada pertengahan abad ke-20. Sebagai persiapan perang Asia Pasifik yang berkecamuk pada masa tersebut Pemerintah Hindia Belanda mendirikan beberapa menara sirene yang tersebar di Yogyakarta sebagai bagian dari alat peringatan serangan udara.

Luch Bescherming Dienst atau Dinas Perlindungan Udara Belanda dipercaya untuk membangun dan mengelola menara sirene tersebut. 

Berusia hampir 1 abad, menara besi ini masih kokoh berdiri. Menggunakan plat baja dengan bentuk mengerucut ke atas, menara ini masih terus difungsikan oleh masyarakat pada waktu-waktu tertentu. 

Peringatan hari besar nasional seperti Hari Kemerdekaan, Hari Pahlawan, maupun sebagai penanda waktu berbuka pada bulan Ramadhanm sirene dinyalakan sebagai penanda waktu bagi masyarakat sekitar. (*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved