Pesona Kedai Rempah di Tengah Himpitan Tren Coffee Shop Yogyakarta

“Ayah dan ibu saya penjual jamu, sementara kakek dan nenek saya itu petani nira (gula kelapa) di Kebumen,” ceritanya sedikit tentang latar belakang keluarganya, Senin, (27/10/2025).

Transfer ilmu turun temurun rupanya terjalin sebab dari kecil ia turut membantu usaha nira kakek-neneknya dan berlanjut ke usaha jamu ayah-ibunya.

Keinginan untuk menjadi pengusaha mulai terpatri dibenak Fattah saat pertengahan masa kuliahnya di Universitas Negeri Yogyakarta.

Sejak itu, ia mulai menyiapkan langkah demi langkah untuk menyokong impiannya.

“Sebelumnya, kurang lebih tiga tahun saya bekerja di agensi bagian business development, dari situ saya banyak belajar tentang branding, positioning, dan sebagainya,” tuturnya, Senin, (27/10/2025).

Tiga tahun pengalamannya di agensi menjadi bekal yang sangat berharga dalam membangun fondasi bisnisnya sendiri

Tidak sampai disitu, menurutnya ada keistimewaan tersendiri sebagai bagian dari generasi milenial.

“Kita masih cukup akrab dengan tradisi, tapi kita juga bisa melihat peluang tren didepan,” tukasnya, Senin, (27/10/2025).

Hal ini yang menjadi benang merah Fattah untuk memulai bisnis minuman rempah dengan gaya kekinian.

Artinya keistimewaan yang ia miliki tidak hanya dari ilmu turun temurun keluarga, namun juga dari posisinya sebagai generasi milenial yang cukup strategis untuk melihat peluang. (MG|Axel Sabina Rachel Rambing).

Baca juga: Mencicipi Perpaduan Unik Kopi dan Rempah di Kedai Teman Bicara Bantul