Bisnis
Dukung Ketahanan Pangan, DamoGo Ajak Pelaku Industri F&B untuk Optimasi Bahan Makanan
Diharapkan kehadiran DamoGo dapat menekan produksi limbah dengan menyediakan layanan penghubung untuk pemasok dan pebisnis.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Isu mengenai food waste atau sampah makanan mungkin belum banyak dibicarakan orang.
Namun, dari data yang dimiliki pemerintah, berkolaborasi dengan Foreign Commonwealth Office Inggris selama 20 tahun terakhir, limbah makanan yang terbuang di Indonesia mencapai 23 juta ton - 48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019.
Angka ini setara 115 kg-184 kg sampah makanan per kapita per tahun.
Kontradiktif dengan jumlah pangan yang terbuang, Indonesia saat ini masih mengalami problem ketahanan pangan, seperti pemenuhan gizi tidak sempurna yang menyebabkan malnutrisi.
Baca juga: Mahasiswa UGM Diajak Kembangkan Startup Digital
Melihat isu tersebut, sejumlah pemuda Yogyakarta menciptakan perusahaan rintisan berbasis digital bernama DamoGo.
Start-up kolaborasi warga Korea Selatan dan Indonesia itu menggabungkan teknologi demi menciptakan cara untuk mengoptimasi penyerapan bahan pangan sembari mengurangi limbah di sektor industri Food and Beverages (F&B).
DamoGo memberikan ruang bagi pebisnis F&B agar selalu terhubung dengan pemasok.
Dari aplikasi dan layanannya ini, diharapkan kehadiran DamoGo dapat menekan produksi limbah dengan menyediakan layanan penghubung untuk pemasok dan pebisnis.
Muhammad Farras, selaku Co-founder dan Chief Operating Officer (COO) DamoGO mengajak para pemasok dan pebisnis Yogyakarta turut menyelesaikan permasalahan ini dan mendukung ketahanan pangan Indonesia melalui perubahan yang holistik.
“DamoGO berusaha memecahkan masalah ini dengan menyediakan layanan penghubung antara pemasok dan pebisnis F&B di Yogyakarta melalui aplikasi smartphone. Tujuannya, untuk mempermudah proses pembelian bahan makanan secara digital, mengoptimasi serapan dan konsumsi hasil pertanian agar tidak terbuang,” kata Muhammad Farras kepada Tribunjogja.com, Rabu (20/10/2021).
Baca juga: Bakal Ada Mata Kuliah Startup Digital untuk Mahasiswa Mulai Tahun 2022, Ini Kata Kemendikbud Ristek
Sebagai pemuda yang peduli lingkungan, Farras melihat ada inefisiensi di lapangan yang membuat hasil pertanian tidak terserap baik dan berisiko terbuang menjadi limbah dan polusi.
Maka, aplikasi DamoGO berperan membantu pemilik bisnis F&B untuk merapikan sistem manajemen dan purchasing.
Melalui aplikasi ini manajemen dapur pebisnis F&B ter-digitalisasi, dan menjadi ruang interaksi jual-beli bahan pangan antara pebisnis dengan pemasok.
“Adanya DamoGO ini membuat rantai pasok bisa lebih singkat, mengurangi emisi dan biaya, serta mendukung keberlangsungan bisnis petani dan pemasok skala kecil dan menengah,” paparnya.
