BPBD Petakan Daerah Rawan Bencana di Gunungkidul, Wilayah Utara Waspada Longsor

Potensi longsor paling dominan berada di kawasan utara seperti Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Dok.Istimewa
RAWANL: Foto dok ilustrasi. Penampakan longsor yang terjadi di Jalan Baru Tanjakan Clongop, Gunungkidul, Selasa (18/3/2025). BPBD Gunungkidul menyebut ada rekahan baru sepanjang 40 meter di Tebing Tanjakan Clongop dan berpotensi longsor susulan 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul mulai memetakan sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami bencana menjelang musim penghujan.

Berdasarkan hasil kajian bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah utara Gunungkidul menjadi kawasan dengan risiko longsor tertinggi.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono, mengatakan bahwa Kabupaten Gunungkidul diperkirakan akan mulai memasuki musim hujan pada akhir Oktober 2025. Namun, intensitas hujan lebat dan angin kencang sudah mulai meningkat di beberapa wilayah dalam beberapa pekan terakhir.

“Sejumlah titik sudah kami petakan. Untuk potensi longsor paling dominan berada di kawasan utara seperti Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong. Sementara potensi banjir ada di sepanjang aliran Kali Oya dan beberapa titik di Kapanewon Girisubo,” jelasnya, Rabu (22/10/2025).

Selain longsor dan banjir, Purwono menyebut angin kencang menjadi ancaman yang merata di hampir seluruh wilayah Gunungkidul. Kondisi cuaca yang dinamis membuat potensi bencana bisa muncul sewaktu-waktu, terutama di daerah terbuka dan kawasan perbukitan.

“Kesiapsiagaan harus terus ditingkatkan. Kami mengimbau masyarakat agar melakukan pembersihan saluran air dan memangkas pohon rindang di sekitar pemukiman untuk mencegah dampak lebih besar,” ujarnya.

BPBD juga mengingatkan masyarakat untuk memantau peringatan dini cuaca dari BMKG. Informasi tersebut dapat menjadi acuan untuk mengatur aktivitas dan menghindari area rawan saat cuaca ekstrem terjadi.

"Dengan adanya pemetaan risiko bencana ini, kami berharap seluruh elemen masyarakat dapat lebih siap menghadapi musim penghujan. Kolaborasi antara pemerintah daerah, kalurahan, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk menekan potensi kerugian dan korban jiwa akibat bencana," ucapnya.

Sementara itu, Carik Kalurahan Tegalrejo, Gedangsari, Sugiyanto, menyampaikan bahwa wilayahnya termasuk salah satu daerah dengan tingkat kerawanan longsor cukup tinggi. Sebagai langkah mitigasi, pihak kalurahan telah membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan Kalurahan Tangguh Bencana yang aktif melakukan sosialisasi serta patroli lingkungan.

“Selain itu, kami juga memasang Early Warning System (EWS) untuk mendeteksi potensi longsor. Saat ini alatnya akan kami cek ulang agar berfungsi optimal. Semua langkah ini dilakukan untuk meminimalkan dampak bencana saat musim hujan tiba,” pungkasnya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved