Keracunan MBG

Kisah Siswa SMAN 1 Jogja Guling-guling Menahan Sakit Seusai Santap Menu MBG

Dinas Kesehatan DIY minta uji organoleptik sebelum makanan bergizi gratis (MBG) didistribusikan setelah kejadian keracunan di SMA Negeri 1 Yogyakarta

|
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
KORBAN MBG: Siswa-siswi SMA N 1 Yogyakarta mengisahkan insiden keracunan MBG yang dialaminya, di sela kunjungan Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Jumat (17/10/25). 

Tahapan terakhir adalah mencicipi makanan tersebut untuk memastikan bahwa makanan tidak dalam kondisi basi.

“Sebetulnya, protokolnya sudah ada, tetapi masalahnya apakah dijalankan atau tidak. Jadi, sebelum makanan dikirimkan ke sekolah-sekolah, penanggung jawab SPPG harus melakukan uji organoleptik,” ungkapnya, Jumat (17/10/2025).

Bagaimana Mengujinya? 

Uji organoleptik atau dikenal juga sebagai uji sensori adalah metode pengujian kualitas suatu produkterutama makanan dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama

Berdasarkan literasi.unimus.ac.id bisa dilakukan dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Melihat apakah makanan tampak berlendir atau berair
  2. Mencium apakah ada bau tidak sedap dan
  3. Merasakan apakah makanan sudah basi.

DPRD Turun Tangan 

anggota DPRD Kota Yogyaakrta menyambangi langsung SMA Negeri 1 Yogyakarta, Jumat (17/10/25) sore, untuk mengumpulkan data valid dan mengevaluasi implementasi program yang berujung pada insiden keracunan tersebut.

Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Darini, menegaskan, bahwa sekolah menengah atas merupakan ranah pemerintah provinsi. Namun, karena lokasinya berada di Kota Yogyakarta, pihaknya merasa perlu hadir dan mengawasi.

"Yang jelas, selain kami silaturahmi dan kunjungan ke SMA Negeri 1 Yogyakarta ini, tentunya kami kan melihat berita yang kemarin, ya, untuk masalah keracunan MBG," katanya, saat dijumpai di SMA Negeri 1 'Teladan' Yogyakarta.

"Walaupun SMA itu adalah ranahnya provinsi, tapi karena letaknya di kota, sehingga kami juga hadir ingin tahu yang sebenarnya seperti apa, sekaligus datanya, karena semuanya itu kan harus valid," urai Darini.

Berdasarkan penjelasan dari Kepala Sekolah, Darini menyampaikan bahwa kondisi para siswa yang keracuna  tidak sampai memerlukan rawat inap di rumah sakit dan cukup istirahat di rumah.

Tercatat, sekitar 426 siswa terdampak di SMA Negeri 1 Yogyakarta, saat ini sebagian besar sudah kembali masuk sekolah, dengan hanya menyisakan empat siswa yang belum dapat beraktivitas normal lagi.

"Anak-anak tidak ada yang sakit sampai ke rumah sakit, ya, bahasanya sakit tapi istirahat di rumah. Sekarang sudah pada masuk sekolah tinggal empat yang belum, kondisinya seperti diare," ucapnya.

Menanggapi kebijakan Wali Kota Hasto Wardoyo yang memutuskan penutupan sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pasca insiden, Darini menyatakan dukungan penuh.

Keputusan menghentikan program MBG selama satu hingga dua minggu dinilai sebagai langkah tepat sembari menunggu hasil uji laboratorium sampel makanan.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved