Progres Pembangunan Aviary Giritirto Gunungkidul, Ditarget Beroperasi Tiga Tahun Lagi

Pembangunan kandang konservasi burung tahun ini menyerap anggaran Rp2,3 miliar yang bersumber dari Danais DIY

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Dok. Istimewa
Foto dok ilustrasi. Petugas memasang pagar pembatas untuk pembuatan Aviary pertama di Gunungkidul, pada Senin (9/12/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pembangunan fasilitas konservasi burung atau aviary di Kalurahan Giritirto, Kapanewon Purwosari, Gunungkidul, diperkirakan baru bisa difungsikan sepenuhnya dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Saat ini, pengerjaan konstruksi tahap awal telah mencapai sekitar 60 persen.

Kepala Bidang Konservasi dan Kerusakan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Hana Kadaton Adinoto, mengatakan pembangunan kandang konservasi burung tahun ini menyerap anggaran Rp2,3 miliar yang bersumber dari Dana Keistimewaan (Danais).

" Anggaran tersebut difokuskan untuk pembangunan kandang utama serta instalasi mekanikal dan elektrikal," tuturnya, pada Kamis (9/10/2025).

Hana menyebut, setelah tahap ini selesai, pemerintah akan melanjutkan pembangunan fasilitas pendukung seperti klinik hewan dan area pengelolaan satwa. Kecepatan penyelesaian proyek masih bergantung pada ketersediaan dana lanjutan yang dialokasikan dari Pemda DIY.

Kepala DLH Gunungkidul, Hary Sukmono, menuturkan bahwa proyek ini sudah dimulai sejak 2023 melalui pembebasan lahan seluas 2,4 hektar dengan anggaran Rp3 miliar. Pada 2024, proses pembebasan lahan kembali dilakukan untuk 1,9 hektar, senilai Rp2,1 miliar.

“Selain pembebasan lahan, kami juga membangun pagar kawasan dengan anggaran sekitar Rp800 juta. Sejauh ini total anggaran yang sudah digelontorkan untuk pengadaan lahan dan pembangunan fisik mencapai lebih dari Rp9 miliar,” jelasnya.

Terpisah, Lurah Giritirto, Hariyono, mengatakan warga menyambut positif rencana pembangunan ini. Walau masih dalam proses, masyarakat berharap proyek konservasi tersebut dapat memberikan dampak ekonomi ketika mulai beroperasi sebagai kawasan edukasi dan wisata alam.

“Kami memahami prosesnya memang bertahap dan butuh waktu. Tapi jika nanti selesai, ini bisa menjadi ikon baru bagi desa, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat ,” urainya (ndg)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved