Hingga Juli 2025, Dinkes Bantul Temukan 24 Kasus Hepatitis B

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Dinkes Bantul mengimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat. 

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul, Samsu Aryanto 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat sejumlah 24 kasus reaktif hepatitis B ditemukan sepanjang tahun 2025 atau dari awal Januari sampai mendekati akhir Juli 2025.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Bantul, Samsu Aryanto, menyebut dari jumlah tersebut tidak ada korban yang dinyatakan meninggal dunia.

"Sepanjang 2025 ini, ada 24 kasus hepatitis B. Tidak ada yang meninggal dikarenakan hepatitis B," katanya kepada awak media, Rabu (30/7/2025).

Dikatakannya, penyakit itu muncul disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV).

Biasanya, virus itu menular melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh penderita hepatitis B.

Lalu, penderita hepatitis B biasanya diawali dengan gelaja nyeri perut, mual, demam serta penurusan berat badan. 

"Kalau sudah merasakan gejala itu, saya imbau agar segera periksa ke dokter. Karena, itu biasanya menjadi gejala yang kerap dirasakan oleh pasien hepatitis B," tuturnya. 

Baca juga: Siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas 19 Bantul Mendapat Jaminan BPJS Kesehatan

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Dinkes Bantul mengimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat. 

Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk tidak saling menggunakan barang-barang pribadi seperti peralatan makan, perlengkapan mandi, serta menghindari konsumsi alkohol maupun zat adiktif.

"Jangan berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain seperti alat makan, alat mandi dan jauhi alkohol sama narkoba. Wajib melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan pasangan resmi," ucapnya. 

Tidak hanya itu saja, pihaknya juga terus melakukan skrining kepada ibu hamil untuk mencegah penularan penyakit hepatitis.

Skrining rata-rata dilakukan kepada ibu dengan umur kandungan 28 minggu. 

"Kita lakukan skrining dengan reagen, HbeAg, dan HPV DNA untuk mencegah penularan pada janin, jika ditemukan, Bumil yang reaktif akan menjalani pengobatan," tutup Samsu.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved