Dosen UGM: Angka Pengangguran Turun Tak Berarti Kondisi Pasar Naker Membaik

Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat lebih dari 18.000 pekerja mengalami PHK dalam dua bulan pertama 2025.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Jobplanet via kompas.com
Ilustrasi PHK 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di tengah meningkatnya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri, data statistik ketenagakerjaan nasional justru menunjukkan tren positif dengan  tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) edisi Februari 2025 melaporkan bahwa TPT turun dari 4,82 persen menjadi 4,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Artinya, proporsi jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja (bekerja ditambah penganggur) berkurang. 

Sementara itu, gelombang PHK terus menjadi pemberitaan utama sejak awal tahun.

Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat lebih dari 18.000 pekerja mengalami PHK dalam dua bulan pertama 2025.

Fenomena ini mendapat perhatian dan tanggapan dari Qisha Quarina, S.E., M.Sc., Ph.D, selaku dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) sekaligus peneliti ketenagakerjaan. 

Menurutnya, penurunan angka TPT tidak serta-merta menandakan bahwa kondisi pasar tenaga kerja benar-benar membaik. 

“Meskipun data menunjukkan tingkat pengangguran terbuka menurun, tetapi jumlah pengangguran secara absolut justru mengalami peningkatan,” tuturnya di FEB UGM, Senin (28/7/2025).

Dia menjelaskan hal ini bisa terjadi karena jumlah penduduk yang bekerja bertambah lebih cepat daripada jumlah penganggur. 

Dengan kata lain, tingkat pengangguran terbuka memang menurun, tetapi total jumlah orang yang menganggur tetap bertambah. 

Baca juga: Kisah Safira Nur Aini, Lulusan S2 Termuda UGM yang Ingin Mendorong Kemajuan Sektor Pertanian

Sekali lagi, menurutnya, kondisi ini menjadi contoh bagaimana data statistik dapat menimbulkan kesan yang menyesatkan jika tidak dipahami secara utuh. 

Bagaimanapun soal isu ketenagakerjaan nasional bukan hanya soal pengangguran, namun pekerjaan yang layak juga menjadi isu penting yang patut menjadi perhatian bersama.

“Masalah utama kita bukan hanya soal ada kerja atau tidak, tetapi juga soal pekerjaan yang layak,” imbuh Koordinator Bidang Kajian Microeconomics Dashboard (Micdash) FEB UGM.

Dalam konteks ini, kata Qisha Quarina, konsep pekerjaan layak atau decent job dari International Labour Organization (ILO) menjadi sangat relevan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved