Jamasan Tosan Aji, Ikhtiar Merawat Warisan Budaya di Gunungkidul
Tradisi pencucian pusaka ini kembali digelar secara lengkap setelah hampir satu dekade lamanya tidak digelar dengan lengkap.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Ratusan keris dan tombak pusaka milik Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, dari berbagai bentuk dan pamor, menjalani prosesi sakral Jamasan Tosan Aji yang digelar di Bangsal Sewokoprojo, pada Kamis (24/7/2025).
Tradisi pencucian pusaka ini kembali digelar secara lengkap setelah hampir satu dekade lamanya tidak digelar dengan lengkap.
Prosesi Jamasan diawali dengan pengambilan pusaka milik Pemkab Gunungkidul yang disimpan di ruangan khusus. Pusaka pertama yang dipilih yakni tombak Kyai Margo Salurung yang diapit payung dan kemenyan yang dibakar, lalu menyusul pusaka yang lainnya.
Abdi dalem Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat Kanjeng Mas Tumenggung Dwijo Asmoro mengatakan, bagi masyarakat Jawa, Jamasan Tosan Aji bukan sekadar benda logam tua. Ia adalah warisan leluhur, simbol kehormatan, kekuatan, sekaligus spiritualitas.
"Keris, tombak, atau pedang pusaka menyimpan kisah-kisah panjang, tentang perjuangan, pengabdian, hingga doa-doa yang dipanjatkan dalam sunyi," ujarnya disela kegiatan tersebut.
Dia mengatakan untuk proses Jamasan sendiri dilakukan dengan merendam pusaka ke dalam air kelapa hijau berisi jeruk nipis dan bunga setaman, lalu dibersihkan menggunakan sabun dan air. Setelah itu, pusaka dikeringkan dan diolesi minyak khusus, seperti minyak cendana atau melati.
"Untuk perendaman di air kelapa untuk pusaka yang sudah muncul karat. Sedangkan, yang masih bagus hanya dibersihkan memakai sabun dan air saja," paparnya.
Lebih jauh, dia menyebut, prosesi Jamasan Tosan Aji juga memiliki filosofi yang mendalam. Di mana prosesi ini tidak hanya membersihkan bilah-bilah pusaka namun turut membersihkan batin dari si pemilik.
"Secara fisik memang membersihkan pusaka tadi, tetapi sebenarnya secara batin juga untuk membersihkan hati nurani dan diri dari hal-hal buruk atau perbuatan kurang baik apapun," tuturnya.
Dia menuturkan waktu pelaksanaan Jamasan Tosan Aji memang dilakukan setiap bulan Sura. Akan tetapi, untuk di Daerah Istimewa Yogyakarta, biasanya dilakukan setelah gelaran prosesi Jamasan di Keraton.
"Di sini, pelaksanaan (Jamasan) untuk di Kabupaten atau masyarakat umum memang menunggu setelah Keraton selesai dulu. Kebetulan, pada Selasa Kliwon kemarin, di Keraton baru melaksanakan Jamasan. Etika pelaksanaannya memang seperti itu," tuturnya.
Sementara itu, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan prosesi Jamasan Tosan Aji imi diikuti oleh sejumlah pejabat maupun kepala OPD di lingkup pemerintahannya.
"Jadi, Jamasan ini memang kegiatan perdana yang diikuti para pejabat daerah," tuturnya.
Dia menyebut untuk masyarakat nantinya juga akan digelar di 10 titik yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan.
Serapan Pupuk Subsidi di Gunungkidul Baru Mencapai 19,66 Persen |
![]() |
---|
Sri Sultan HB X Harap PORDA DIY 2025 Jadi Ajang Pembinaan Atlet Berkelanjutan |
![]() |
---|
Gunungkidul Butuh Investor untuk Pembangunan SPBN di Pantai Sadeng |
![]() |
---|
Marak Keracunan MBG, Dinkes Gunungkidul Bereaksi, Orang Tua Khawatir: Anak Kami Jadi Taruhannya |
![]() |
---|
Atasi Masalah Narkoba, Ini Langkah Pemkab Gunungkidul dan BNNP DIY |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.