Dispussip Kulon Progo Bantu Promosikan Buku Karya Penulis Lokal Lewat Program Bedah Buku

Lewat Bedah Buku, Duana mengaku ingin mempromosikan salah satu judul dari koleksi yang dimiliki Perpustakaan Daerah Kulon Progo.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
BEDAH BUKU: Kegiatan Bedah Buku "Titik 24: Ke Mana Perginya Mimpiku?" di Aula Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kulon Progo, Rabu (11/06/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kulon Progo mendorong agar penulis lokal termotivasi membuat karya buku dan memancing minat masyarakat. Upaya tersebut salah satunya dilakukan lewat kegiatan Bedah Buku.

Seperti pada Rabu (11/06/2025), di mana buku berjudul "Titik 24: Ke Mana Perginya Mimpiku" dibedah. 

Kepala Dispussip Kulon Progo, Duana Heru Supriyanta mengatakan buku tersebut karya warga lokal bernama Okti Setiyani.

"Okti ini merupakan warga asal Padukuhan Diran, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Lendah," jelas Duana ditemui di Kantor Dispussip Kulon Progo.

Ia menilai buku karya Okti cukup menarik karena relevan dengan permasalahan yang dialami kelompok dewasa muda. Kelompok ini berumur antara 18 hingga 24 tahun.

Menurut Duana, di fase tersebut dikenal dengan istilah Quarter Life Crisis (Krisis Seperempat Baya), di mana mereka masih bingung dalam menentukan arah dan tujuan hidup. Kebingungan tersebut bahkan bisa berpengaruh pada kondisi psikologis.

"Itu sebabnya kami angkat buku karya Okti lewat kegiatan Bedah Buku, karena isinya cukup berbeda dengan buku-buku lainnya," ujarnya.

Lewat Bedah Buku, Duana mengaku ingin mempromosikan salah satu judul dari koleksi yang dimiliki Perpustakaan Daerah Kulon Progo. Tujuannya untuk meningkatkan minat dan kegemaran baca masyarakat.

Kegiatan tersebut juga diharapkan meningkatkan minat masyarakat untuk menjadi menulis. Termasuk meningkatkan kualitas buku karya penulis lokal agar bisa lebih dinikmati.

"Keinginan kami, buku karya penulis Kulon Progo bisa menembus toko buku skala nasional," kata Duana.

Okti Setiyani menjelaskan penulisan buku tersebut membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 bulan. Prosesnya diawali secara sederhana, di mana ia rutin menulis jurnal hariannya.

Buku berisi 13 bab tersebut membahas seluk-beluk dan lika-liku dari fase Quarter Life Crisis. Termasuk ciri-ciri, faktor penyebab, hingga cara untuk keluar dari masalah tersebut.

"Menulis buku ini juga menjadi cara saya untuk keluar dari masalah Quarter Life Crisis, di mana saya juga menyampaikan perjalanan hidup di buku ini," papar Okti.(alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved