UMP DIY Cuma Numpang Lewat, Berapa Gaji Ideal di Jogja?
Upah Minimum Provinsi (UMP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang hanya di angka Rp2.264.080 dinilai sudah tidak layak.
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Upah Minimum Provinsi (UMP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang hanya di angka Rp2.264.080 dinilai sudah tidak layak.
Imbasnya, setiap tahun besaran upah murah di Yogyakarta selalu menuai kritik tajam dari kalangan buruh atau pekerja, pegawai, tenaga kerja dan karyawan.
Seorang pekerja di Kota Yogyakarta, John Pedro, warga Umbulharjo, menyatakan kekecewaannya terhadap UMP di Jogja.
Ia mendesak agar pemerintah menetapkan kenaikan UMP dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) 2026 secara signifikan.
"Sebenarnya kalau ditanya harapan, dari tahun ke tahun tetap sama. Keinginan kami ada kenaikan yang signifikan. Karena UMP DIY yang hanya Rp2 jutaan itu kan cuma numpang lewat. Biaya hidup di Yogyakarta sudah jauh melampaui itu," katanya, Selasa (14/10/25).
John pun menyambut baik dorongan dari Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY yang meminta penetapan UMP dan UMK didasari oleh survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Hasil survei menyatakan, KHL di Kota Yogyakarta mencapai Rp4.449.570, disusul Sleman Rp4.282.812, Bantul Rp3.880.734, Kulon Progo Rp3.832.015, dan Gunungkidul Rp3.662.951.
"Itu tidak muluk-muluk. Untuk hidup di Yogyakarta, di masa sekarang, dengan pendapatan Rp4 jutaan per bulan itu sebenarnya cenderung mepet, tapi sudah cukup buat bayar cicilan rumah, dan kebutuhan keluarga," tuturnya.
Namun, dirimya menyayangkan, survei-survei terkait KHL itu seolah tidak pernah digubris dalam rangkaian proses penetapan standar upah.
Hasilnya, berdasarkan pengalaman-pengalaman terdahulu, kenaikan upah yang ditetapkan cenderung sangat minimalis.
"Masalahnya dari dulu sama saja, survei-survei itu nggak pernah dipedulikan. Saat penetapan, jatuhnya cuma segitu-segitu saja. Untuk menuju angka Rp3 juta pun masih jauh banget," keluhnya.
Dengan tren upah yang hanya di kisaran Rp2 jutaan, John menyebut, kalangan pekerja di Yogyakarta harus berjibaku untuk memenuhi kebutuhan.
Bahkan, tidak sedikit yang terpaksa mencari pekerjaan sampingan agar keluarganya tetap tercukupi di tengah himpitan ekonomi dewasa ini.
"Setiap hari harus banting tulang, kencangkan ikat pinggang, terutama yang sudah berkeluarga, seperti saya," jelasnya.
“Kadang ngambil side job juga, di luar pekerjaan utama, biar bisa menyisihkan sedikit-sedikit, buat jaga-jaga, istilahnya uang darurat lah. Syukur-syukur masuk tabungan.
Nasib Relokasi SDN Nglarang Sleman Terdampak Tol Jogja-Solo Paket 2.2 |
![]() |
---|
Kebutuhan Makin Tinggi, Pekerja di Sleman Harap Upah Tahun Depan Naik |
![]() |
---|
Siapkan Rencana Induk Pariwisata, Bupati: Kulon Progo Destinasi Eksotis tapi Belum Tergarap Maksimal |
![]() |
---|
Bersepeda Terunik, Polygon Gabungkan Sepeda, Camping, dan Games Petualangan di Yogyakarta |
![]() |
---|
Pemda DIY Dukung Penuh Pemeriksaan Kepatuhan Belanja Daerah oleh BPK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.