Seminggu Bebas dari Penjara, Amir Terakhir JI Ustad Parawijayanto Pastikan Organisasinya Sudah Bubar

Ustad Parawijayanto, amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) memastikan organisasi itu telah bubar sejak setahun lalu.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo
BUKU KISAH JI - Amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) Ustad Parawijayanto dan sejumlah narasumber mengupas buku testimonial sejarah JI yang sudah bubar setahun lalu. Bedah buku digelar di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Gamping, Sleman, Rabu (4/5/2025). 

AKBP Mayndra Eka Wardana SIK, yang memimpin bidang pencegahan dan deradikalisasi Densus 88/AT memaparkan ringkasan sejarah gerakan Islam di Indonesia sejak Semaun, DI/TII Kartosuwiryo, dan seterusnya di masa lalu.

Apa yang terjadi kemudian dan sekarang sebagian kelanjutan dari masa lampau. Hari ini yang harus sangat diwaspadai adalah paparan pemikiran lewat media sosial.

Upaya penindakan para terduga dan tersangka terorisme kalangan remaja terpapar lewat media sosial dan jaringan media nternet.

Isu pemantik tak hanya lokal, tapi juga konflik internasional.

Belajar dari pengalaman di Eropa, menurut Mayindra saat ini terjadi pertumbuhan Islam luar biasa, tapi mereka tidak memiliki semangat kebangsaan seperti kaum Islam Indonesia.

Mengenai capaian saat ini, ketika aksi terorisme di Indonesia mencapai titik zero dalam dua tahun terakhir, bisa terwujud berkat revisi UU Antiterorisme.

"Pascabom Surabaya 2018 ada revisi UU terkait pencegahan dan ini sangat signifikan memberi ruang dialog dan berakhir konsensus pembubaran JI pada tahun 2024," kata Mayndra.

Pelaksana Harian Rektor UNU Dr Suhadi Cholil di pembukaan acara menunjukkan grafik yang memperlihatkan sejak 2021 hingga 2024 data act of terror di Indonesia turun drastis.

Sepanjang 2023 dan 2024  bahkan zero act of terrorism meski ada 196 orang yang ditangkap Densus 88/AT sepanjang periode itu. 

Suhaidi Cholil mengingatkan yang harus dicermati saat ini adalah cyber terrorism yang trennya semakin jamak dan terus meningkat. 

"Dari kasus sejak 2013 hingga 2022 ada 360 pelaku terpapar lewat platform digital. Ini ada di posisi kedua paparan setelah komunitas," kata Suhaidi Cholil.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved