Seminggu Bebas dari Penjara, Amir Terakhir JI Ustad Parawijayanto Pastikan Organisasinya Sudah Bubar

Ustad Parawijayanto, amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) memastikan organisasi itu telah bubar sejak setahun lalu.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo
BUKU KISAH JI - Amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) Ustad Parawijayanto dan sejumlah narasumber mengupas buku testimonial sejarah JI yang sudah bubar setahun lalu. Bedah buku digelar di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Gamping, Sleman, Rabu (4/5/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN -  Ustad Parawijayanto, amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) memastikan organisasi itu telah bubar sejak setahun lalu.

Ia menjawab keraguan publik atas ikrar para tokoh eks JI, dan ingin membuktikan ke depan semua eksponen JI bergabung dan berkarya untuk NKRI.

Pernyataan itu disampaikan Ustad Para dalam bedah buku "JI : The Untold Story" di Hall Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), Ringroad Barat , Gamping, Sleman, DIY, Rabu (4/6/2025).

Tampil sebagai narasumber Prof Dr Greg Barton, peneliti terorisme dari Australia, Solahudin, peneliti NII dan JI dan juga penulis buku tentang terorisme

Iqbal Anaf, peneliti dan pengajar UNU Yogyakarta, dan Khoirul Anam, Staf Khusus Kepala Densus 88/AT Irjen Pol Sentot Prasetyo. 

Membuka acara diskusi buku ini adalah Rektor UNU Dr Suhaidi Cholil dan AKBP Mayndra Eka Wardana SIK, mewakili Kadensus 88/AT.

Menurut Ustad Parawijayanto, JI telah menyadari kekeliruannya di masa lalu, terutama pemahaman tentang prinsip-prinsip daulah dalam konteks Indonesia.

Kemudian juga terjadi kesalahan pemahaman tentang dalil takfiri, yang dalam praktiknya di JI terjadi serangkaian kekeliruan fatal. 

"Pangkal kesalahan takfiri adalah munculnya pemahaman keliru, terutama ketika mengkafirkan sesama muslim yang tidak mengkafirkan orang kafir," kata Ustad Para.

Aksi kekerasan yang dilakukan juga sudah melebihi batas. Titik krusialnya terjadi saat anggota jaringan JI memutilasi siswi-siswi Kristen di Poso. 

Tindakan itu dianggap benar-benar menyimpang dari hukum perang secara Islam.

Karena itu diskursus kemudian, apa yang dilakukan orang-orang JI ternyata mendatangkan mudarat daripada maslahat. 

"HhMarusnya menjaga dien, malah merusaknya. Semua akhirnya bertentangan dengan syariah," jelas Ustad Para.

BUKU KISAH JI - Amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) Ustad Parawijayanto dan sejumlah narasumber mengupas buku testimonial sejarah JI yang sudah bubar setahun lalu. Bedah buku digelar di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Gamping, Sleman, Rabu (4/5/2025).
BUKU KISAH JI - Amir atau pemimpin terakhir Al Jama'ah Al Islamiyah (JI) Ustad Parawijayanto dan sejumlah narasumber mengupas buku testimonial sejarah JI yang sudah bubar setahun lalu. Bedah buku digelar di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Gamping, Sleman, Rabu (4/5/2025). (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo)

Pertanyaan selanjutnya, menurut Parawijayanto, buat apa mempertahankan organisasi (JI) jika perjuangannya tidak sesuai.

"Karena dipertahankan juga sudah tidak mungkin, dan karena tidak sesuai, ya dibubarkan saja," tegasnya menjawab keraguan publik.

Baca juga: Pelaku Penembakan Air Gun di Lendah Kulon Progo Dalam Pengaruh Mihol Saat Beraksi, Ini Motifnya

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved