Sleman Bakal Punya Tempat Pengolahan Sampah Berkapasitas 1000 Ton Per Hari

Persolaan sampah di Kabupaten Sleman tengah diupayakan untuk diselesaikan secara tuntas.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin
TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH : TPST Donokerto di Kapanewon Turi Kabupaten Sleman. Rencananya, tempat pengolahan sampah ini akan beroperasi mulai Juni mendatang 

"(Jika pengolahan sampah insinerator inj terwujud) InsyaAllah sampahnya bukan hanya meng-cover Sleman, tapi DIY bisa di-cover juga. Karena kapasitasnya seribu ton per hari," ujar dia. 

Nantinya bukan hanya mengelola sampah asal Sleman, tetapi sampah asal Kota Yogyakarta juga bisa diolah difasilitas tersebut.

Harda mengaku dalam hal ini sudah berkomunikasi dengan Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.

Termasuk juga menampung sampah-sampah yang berasal dari jasa pengangkut sampah swasta. Semua dikumpulkan jadi satu tempat pengolahan. Pembangunan fasilitas ini sepenuhnya investor. 

"Pembiayaan full investor, kami hanya membayar per ton-nya untuk operasional itu. Rembukan awal Rp 400 ribu per ton.(Lokasinya di mana) sekarang baru proses sosialisasi, tidak usah saya sebut dulu ya," pintanya. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman, Epiphana Kristiyani mengatakan, pengolahan sampah berteknologi insinerator akan mengolah sampah dengan cara dibakar.

Fasilitas ini berbeda dengan pengolahan sampah di tiga TPST di Sleman yang menggunakan modul pengolahanpengolahan dengan hasil akhir RDF. 

"(Yang akan dibangun) mengolah sampah dengan membakar menggunakan insinerator. Ini berbeda. Sistem kerjanya berbeda (dengan TPST yang sudah ada)," ujarnya. 

Soal pengolahan sampah berteknologi insinerator ini, Wakil Ketua III DPRD Sleman, Sukaptana mengaku pihaknya sudah diajak rembugan.

Pemerintah Kabupaten Sleman rencananya akan membangun dua TPST lagi untuk menuntaskan persoalan sampah. Satu TPST di Moyudan dan satunya lagi TPST dengan teknologi insinerator. 

"Sekarang masih tahap sosialisasi. Sosialisasi ini kami minta harus betul-betul melibatkan masyarakat, lingkungan setempat. Jangan sampai dikemudian hari terjadi gejolak pro dan kontra," kata Sukaptana.(*) 
 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved