Baru Ada 300 Bank Sampah, Gunungkidul Butuh 1.430 Unit
Dari kebutuhan ideal sebanyak 1.430 bank sampah yang tersebar di seluruh padukuhan, saat ini baru terbentuk sekitar 300 unit.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL -Pengelolaan sampah di Kabupaten Gunungkidul masih menghadapi persoalan serius. Dari kebutuhan ideal sebanyak 1.430 bank sampah yang tersebar di seluruh padukuhan, saat ini baru terbentuk sekitar 300 unit.
Kondisi tersebut membuat beban tempat pemrosesan akhir (TPA) semakin berat karena sebagian besar sampah masih dibuang tanpa melalui pemilahan.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Harry Sukmono, saat dikonfirmasi pada Senin (25/8/2025).
Dia menjelaskan bahwa bank sampah berperan penting dalam menekan volume sampah yang masuk ke TPA. Menurut dia, TPA seharusnya hanya menampung residu atau sampah yang benar-benar tidak bisa dimanfaatkan kembali.
" TPA seharusnya menjadi tempat pembuangan sampah residu. Artinya, sampah sisa yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Namun, kenyataan di lapangan sebaliknya," ujarnya saat dikonfirmasi pada Senin (25/8/2025).
Dia menjelaskan kehadiran bank sampah di masyarakat sangat dibutuhkan untuk menanggulangi masalah sampah di tingkat terendah. Pasalnya, tanpa itu semua sampah akan berakhir di TPA sehingga menimbulkan beban yang berat, termasuk dari sisi biaya operasional.
"Pemrosesan sampah harus dilakukan sejak dari hulu, melibatkan masyarakat secara langsung," terang dia.
Untuk penguatan bank sampah di masyarakat, pihaknya pun bersedia mencarikan pembeli untuk membeli sampah-sampah yang dikelola oleh masyarakat tersebut.
"Kalau sudah terbentuk, kami siap mencarikan pembeli, karena bank sampah itu bernilai ekonomis," kata dia.
Meskipun berpotensi menghasilkan uang, Harry mengakui tidak semudah itu meyakinkan masyarakat untuk berkecimpung mengurus sampah. Sebab, menurutnya aspek kesadaran masyarakat terhadap masyarakat masih rendah. Untuk mengatasi itu, kata dia, dibutuhkan sosok penggerak atau local champion di setiap wilayah agar bisa menjadi relawan dan motor penggerak.
"Kendalanya memang kesadaran masyarakat itu sendiri. Perlu adanya tokoh masyarakat yang bisa menjadi volunteer, rela meluangkan waktu, dan memberi contoh," ujarnya.
Sementara itu, Kepala UPT Kebersihan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul Heri Kuswantoro mengatakan saat ini TPAS Wukirsari , sekitar 70 persen dari 4 hektar lahan pembuangan sampah sudah penuh. Bahkan, ketinggian sampah sudah di atas 7 meter.
Disamping itu, tonase sampah setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Berdasarkan pendataan pihaknya pada 2019, tonase sampah rata-rata per hari 38,11 ton, tahun 2020 tonasenya sekitar 41,77 ton, tahun 2021 mencapai 46,47 ton, tahun 2022 mencapai 45,77 ton, dan tahun 2023 mencapai 45,76 ton, tahun 2024 mencapai 50 ton, dan 2025 mencapai 55 ton.
"Jumlahnya terus bertambah, jika ini dibiarkan tanpa ada kesadaran masyarakat dikhawatirkan dalam waktu dekat TPA tidak bisa menampung sampah masyarakat lagi," pungkasnya (ndg)
Gagah dan Canggih Jadi Satu di New Honda ADV160, Siap Temani Petualangan Modern |
![]() |
---|
5 Zodiak Genggam Kunci Hoki Hari Ini Kamis 18 September 2025, Aries Virgo Coba Menguasai |
![]() |
---|
6 Shio Dimanja Hoki Hari Ini Kamis 18 September 2025, Ada Shio Kelinci Urutan Kedua |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca BMKG di DI Yogyakarta Hari Ini Selasa 16 September 2025, Waspada Hujan di Jam Sibuk |
![]() |
---|
Jadwal dan Lokasi Pemadaman Listrik DIY Hari Ini Kamis 18 September 2025, Jogja Kota Bantul Wonosari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.