Kisah Dalang Perempuan di Yogyakarta, Semangat Lestarikan Budaya Wayang dari Gempuran Zaman

Keseriusan Rizki Rahma Nurwahyuni terjun ke dunia perdalangan sudah muncul sejak duduk di kelas III SD, sekira tahun 2004.

|
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Pribadi
Dalang Perempuan asal Yogyakarta, Rizki Rahma Nurwahyuni 

Ia selama ini baru bisa melakoni pementasan dengan durasi 2 jam saja.

Selain problem stamina, Rizki mengungkapkan, faktor bahasa dalang masih jadi kendalanya.

Sebab, ia kini masih berpegang pada sistem hafalan.

Menurutnya, untuk melakukan improvisasi, dirinya merasa belum sepenuhnya berani.

Alhasil, daripada harus memaksakan, pentas 2 jam pun jadi pilihan.

"Kalau Bapak, misalnya, itu sudah di tahap bisa improve. Jadi, yang penting tahu jalan ceritanya, mau dibuat seperti apa, nanti menyesuaikan," ucapnya.

DALANG WANITA - Penampilan Rizki Rahma Nurwahyuni, dalang perempuan asal Yogyakarta, saat mendalangi sebuah pentas wayang di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
DALANG WANITA - Penampilan Rizki Rahma Nurwahyuni, dalang perempuan asal Yogyakarta, saat mendalangi sebuah pentas wayang di Yogyakarta, beberapa waktu lalu. (dok. pribadi)

Bagaimanapun, menjadi seorang dalang perempuan memberikan banyak pelajaran baginya. Sambutan publik pecinta pewayangan pun dilihatnya sangat positif.

Bahkan, tidak sedikit warga yang semakin antusias begitu mengetahui wayangan bakal didalangi sosok wanita.

Bukan tanpa alasan, ada kekhasan tersendiri yang berbeda dari dalang pria.

"Walaupun nggak sebagus dalang cowok, karena dari segi stamina, terus gerakan menggerakan wayangnya itu beda, keprakan, cek cek cek yang kedengeran, juga beda pasti," cetusnya.

Kini, seiring berjalannya waktu, keaktifannya sebagai dalang masih dipertahankan.

Meski, untuk pentas wayang berskala besar cenderung sudah minim.

Beberapa tanggapan dalang yang masih cukup marak lebih pada projek workshop dan edukasi.

Khususnya, menyasar anak-anak muda, atau warga dari luar Yogyakarta yang ingin belajar budaya Jawa.

"Memang wayangan belum ramai lagi, belum normal seperti sebelum (pandemi) Covid-19. Atau, mungkin zamannya juga sudah bergeser," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved