Perjuangan Lima Sekawan Membangun Studio Animasi Hingga Lahirnya Kelly si Kelinci
Mereka adalah Fikri, Atina, Irfan, Davinta, dan Alif, para alumni Universitas Amikom Yogyakarta yang lulus pada 2024
TRIBUNJOGJA.COM - Berakhirnya masa kuliah bukan akhir ambisi Fikri dan kawan-kawan untuk terus berkarya. Alih-alih saling menjauh, mereka justru membentuk studio animasi sendiri.
Cerita itu dituturkan langsung oleh Fikri Ediputra, inisiator film animasi Kelly si Kelinci yang belakangan viral di media sosial.
Bersama empat kawan lainnya, Atina, Irfan, Davinta, dan Alif, para alumni Universitas Amikom Yogyakarta yang lulus pada 2024 itu awalnya belum memiliki tempat khusus sebagai studio.
Kafe menjadi tempat mereka berkumpul dan berdiskusi sepulang dari pekerjaan sampingan. Tak disangka, pertemuan tersebut kini berbuah teaser animasi pertama.
Tidak hanya itu, studio yang mereka namakan Little Bunns Studio ini juga berhasil bersanding dengan studio film dan animasi lainnya dalam pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Beberapa orang sempat menyayangkan keputusan mereka memilih kelinci sebagai tokoh utama, sementara Indonesia memiliki banyak hewan endemik.
Fikri menjelaskan bahwa keputusan tersebut bukan tanpa pertimbangan.
“Kami ingin memikat daya tarik anak-anak, hewan endemik belum familiar di kalangan anak-anak,” ujar pria 23 tahun itu kepada Tribun Jogja (10/10/2025).
Menurut Fikri, menciptakan serial edukasi yang menarik perlu melibatkan sesuatu yang dianggap lucu oleh anak-anak, bukan yang bernuansa dewasa.
Karena itu, mereka tetap berencana menampilkan hewan endemik sebagai karakter sampingan.
Selama proses produksi animasi, dalam kondisi tertentu studio memang dibantu oleh pekerja lepas. Namun, pada akhirnya seluruh pekerjaan diselesaikan oleh lima orang inti.
“Kami bekerja secara rangkap dan saling membantu satu sama lain,” kata Fikri.
Untuk membuat teaser berdurasi satu menit, mereka memerlukan waktu empat bulan.
Secara singkat, tahapan produksi meliputi pembuatan naskah, pengisian suara, pembuatan storyboard, pemodelan tiga dimensi, rendering, penyuntingan, serta finalisasi dengan penambahan efek dan musik.
Proses panjang itu tentu tidak lepas dari tantangan. Dengan ruang studio yang terbatas dan fasilitas yang belum memadai, mereka kerap meminjam peralatan dari studio lain maupun dari universitas.
“Masukan dari mentor dan lainnya juga menjadi faktor prosesnya lama,” imbuh Fikri.
Ke depannya, Little Bunns Studio berencana menjadikan Kelly si Kelinci sebagai serial film bergenre petualangan dengan target sepuluh episode per musim melalui kanal YouTube.
Mereka juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama secara komersial dengan berbagai pihak yang berminat. (MG Sofia Natalia Zebua)
| Tren Baru Proteksi Kendaraan 2025: Stylish, Aman, dan Tahan Lama |
|
|---|
| Apa Itu Generasi Happy Pensi di Bantul? Edukasi Pemanfaatan AI dan Panggung Ekspresi Seni |
|
|---|
| Tribun Jogja Audensi dengan Paniradya Kaistimewaan |
|
|---|
| Linmas Desa Bogem Klaten Dapat Pelatihan Kesiapsiagaan Hadapi Potensi Bencana |
|
|---|
| Menikmati Cita Rasa Thailand di Yogyakarta Lewat The Master’s Plate: Thai Legacy |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/empat-sekawan-dirikan-studio-animasi-1.jpg)