Dinkes Catat 92 Kasus DBD di Kota Yogyakarta Sepanjang 2025, Warga Diminta Waspada
Penularan DBD di Kota Yogyakarta cenderung lebih marak di kawasan-kawasan yang termasuk kategori padat penduduk.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebanyak 92 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tercatat di wilayah Kota Yogyakarta sepanjang 2025, hingga bulan Februari.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogya, Endang Sri Rahayu, merinci, pada Januari tercatat 49 kasus, serta Februari 43 kasus.
"Sampai sejauh ini alhamdulillah tidak ada kasus meninggal dunia, semua pasien DBD dinyatakan sembuh," tandasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Kota Yogyakarta, penularan DBD cenderung lebih marak di kawasan-kawasan yang termasuk kategori padat penduduk.
Misalnya, tren tertinggi di Kelurahan Kricak tercatat 9 kasus sekaligus, kemudian di Gedongkiwo 8 kasus dan Wirobrajan 6 kasus.
"Kalau di kelurahan lain rata-rata hanya 0-5 kasus DBD saja. Masyarakat tidak boleh lengah dan menyepelekan penularan DBD," terangnya.
Alhasil, dirinya berharap, warga tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap sebaran DBD, khususnya di tengah kondisi cuaca yang semakin tak menentu.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, kasus DBD di Kota Yogyakarta tercatat mengalami lonjakan signifikan, yakni dari 86 kasus di 2023, menjadi 283 kasus di 2024.
"Peningkatannya karena faktor musim yang tidak menentu. Sehingga, lonjakan kasus DBD terjadi juga hampir merata di kabupaten lain," terangnya.
Baca juga: Dapat Kuota Pembuangan ke TPA Piyungan, Pemkot Yogya Optimis Sampah Libur Lebaran Bisa Tertangani
Lebih lanjut, ia memaparkan, gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin dan mandiri jadi kunci mencegah penyebaran DBD.
Lalu, penerapan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan memasang kelambu saat tidur.
"Peran aktif warga sangat dibutuhkan. Gerakan satu rumah satu jumantik harus dihidupkan lagi di kampung dan perkantoran," ungkapnya.
Endang mengimbau, masyarakat melaporkan segera jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD, khususnya pada anak-anak.
Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi, jika muncul tanda-tanda seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, mual, atau muncul bintik-bintik merah pada kulit.
"Makanya, kami mengimbau kepada para orangtua, harus lebih waspada, terutama hari ke 4-5 ketika anaknya mengalami panas tinggi," cetusnya.
"Kalau itu terjadi, segera dibawa ke Puskesmas. Di sana kita ada pendeteksian DBD, melalui NS1, karena penting menghitung hari panas ke 4-5," pungkas Endang. (*)
Pemkot Yogyakarta Optimis Paket Strategis 2025 Bisa Diselesaikan Tepat Waktu |
![]() |
---|
39 Kasus Malaria Tercatat di Kota Yogya, Seluruhnya Berstatus Impor dari Daerah Endemis |
![]() |
---|
Tak Terapkan Status KLB, Dinkes Sebut Kota Yogyakarta Waspada Leptospirosis |
![]() |
---|
Kota Yogyakarta Waspada Leptospirosis, Dinkes Tekankan Pentingnya Pola Hidup Bersih |
![]() |
---|
Periksa Populasi Tikus Penyebab Leptospirosis, 100 Perangkap Disebar di Kota Yogyakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.