39 Kasus Malaria Tercatat di Kota Yogya, Seluruhnya Berstatus Impor dari Daerah Endemis
Dinas Kesehatan (Dinkes) memastikan, seluruh kasus tersebut berstatus impor, di mana sumber penularannya berasal dari luar daerah.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Sebanyak 39 kasus malaria tercatat di Kota Yogyakarta sepanjang bulan Januari sampai dengan Agustus 2025.
Namun, Dinas Kesehatan (Dinkes) memastikan, seluruh kasus tersebut berstatus impor, di mana sumber penularannya berasal dari luar daerah.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, mengatakan, Kota Yogyakarta sudah mendapat sertifikasi bebas malaria sejak 2014.
Akan tetapi, meski kasus yang ada sekarang bersumber dari luar daerah, pihaknya mengingatkan masyarakat untuk tetap mewaspadai malaria.
"Kota Yogyakarta tetap harus melakukan upaya-upaya pemeliharaan, untuk mempertahankan status bebas malaria. Jadi, kami mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai dan mencegah malaria," katanya.
Ia pun mengungkapkan, beberapa kasus malaria yang tercatat merupakan anggota TNI atau Polri yang kembali ke Kota Yogyakarta dan tertular saat penugasan di luar Jawa.
Kemudian, ada juga kasus yang berasal dari mahasiswa luar daerah yang kini menempuh study di Kota Yogyakarta, dan tertular di daerahnya masing-masing.
"Saat ini Kota Yogyakarta termasuk dalam daerah yang menjadi sampling untuk assesment sertifikasi bebas malaria tingkat Provinsi DIY," cetus Lana.
"Jadi, Kota Yogyakarta harus melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan status bebas malaria, dan mendukung eliminasi malaria di DIY," urainya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, penyakit malaria disebabkan oleh parasit plasmodium sp melalui gigitan nyamuk anopheles sp betina.
Kasus malaria dibagi menjadi dua, yakni malaria indigenous jika penularan terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor.
Selain itu, ada malaria impor, yang secara spesifik merupakan malaria yang sumber penularannya berasal dari luar daerah.
Ia pun menegaskan, malaria masih ada dan endemis di beberapa daerah, terutama di wilayah timur Indonesia, seperti Papua, Papua Barat, NTT, dan Maluku.
Adapun gejala-gejala penyakit malaria antara lain demam, pusing, berkeringat, menggigil, lesu, mual, muntah, sakit perut dan diare.
"Jika mengalami gejala-gejala itu, terutama setelah bepergian dari daerah endemis, segera memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit. Malaria bisa sembuh jika cepat diobati," ucapnya.
Untuk mencegah potensi malaria, Dinkes Kota Yogyakarta juga mendorong masyarakat supaya konsisten melakukan gerakan 3M Plus.
Yakni, menguras, menutup, dan mengubur, atau memanfatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
"Sedangkan plusnya antara lain menggunakan lotion antinyamuk, serta rutin gotong royong membersihkan lingkungan," pungkasnya. (aka)
KAI Setop Putar Lagu Sepasang Mata Bola di Stasiun Lempuyangan dan Yogyakarta |
![]() |
---|
Tidak Memenuhi Modal Inti Minimum, Beberapa BPR di DIY Merger |
![]() |
---|
29 Kasus Gigitan Anjing Tercatat di Kota Yogya Sepanjang 2025, Tidak Ada Sebaran Rabies |
![]() |
---|
Warga di 3 Kalurahan di Kulon Progo Terima Kompensasi Proyek Tol Yogyakarta-YIA Secara Bertahap |
![]() |
---|
Siswa SMA di Jogja Terindikasi Alami Kecemasan dan Depresi Tingkat Sedang hingga Tinggi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.