Pengidap ODGJ Diklaim Terbanyak, Gunungkidul Kolaborasi IPI Atasi Masalah Kesehatan Mental

Berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan Gunungkidul dilaporkan saat ini ada sekitar 1.650 pengidap ODGJ  yang tersebar di 30 Puskemas di wilayahnya ini.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
MASALAH ODGJ: Pelaksanaan group discussion IPI dan Pemkab Gunungkidul membahas masalah kesehatan mental dan banyaknya ODGJ, pada Selasa (18/2/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kasus kesehatan mental di Kabupaten Gunungkidul menarik perhatian khusus bagi para ahli kejiwaan baik nasional maupun internasional. 

Berdasarkan beberapa literatur menyebut Kabupaten Gunungkidul menjadi wilayah dengan jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) keempat terbanyak di Indonesia. 

Sementara, berdasarkan pendataan Dinas Kesehatan Gunungkidul dilaporkan saat ini ada sekitar 1.650 pengidap ODGJ  yang tersebar di 30 Puskemas di wilayahnya ini.

Direktur Indonesia Private Industri (IPI) M. Fitriansyah mengatakan latar belakang ini membuat pihaknya tergerak untuk berkolaborasi dengan pemerintah setempat. 

Kolaborasi itu dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kesehatan mental, dengan melibatkan ahli psikolog Indonesia dan konsultan internasional.

"Kita tahu di Gunungkidul banyak beberapa peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan mental. Maka dari itu, kami menggelar diskusi ini  untuk  mencari apa yang tepat khususnya untuk menanggulangi kesehatan mental di Gunungkidul, dengan melibatkan tenaga ahli psikologi dari Indonesia dan konsultan internasional," paparnya usai kegiatan diskusi di Hotel Santika, Wonosari, Selasa (18/2/2025).

Pihaknya berencana menjadikan Kabupaten Gunungkidul sebagai pilot project dalam kegiatan ini.

Hasil kolaborasi itu nantinya akan dibuat semacam modul atau program yang akan diaplikasikan untuk menanggulangi masalah mental di Kabupaten Gunungkidul.

"Maka dari itu, kami mengumpulkan stakeholders untuk bersama-sama berdiskusi, apa saja yang menjadi faktor kesehatan mental di Gunungkidul. Dari hasil diskusi ini lah yang akan dikolaborasikan untuk membuat program atau modul tadi," tutur dia. 

Dia berujar, kolaborasi kesehatan mental ini tidak hanya digelar di Kabupaten Gunungkidul saja. Melainkan, beberapa wilayah lain seperti Semarang, Jawa Tengah, dan Sumatera juga bakal menjadi sasaran kegiatan ini. 

"Selain Gunungkidul kami juga lakukan di Semarang dan Sumatera. Setidaknya nanti akan ada lima darah yang dijalankan di masing-masing daerah," ucapnya.

Sementara itu, konsultasi kesehatan mental Australia Rahel Kremnizer mengatakan dalam pelaksanaannnya pihaknya tidak langsung menawarkan program untuk diterapkan dalam mengatasi masalah kesehatan mental.

Melainkan, melakukan survei dan diskusi terlebih dahulu dengan para pemangku kepentingan mulai dari Puskemas, Rumah Sakit, Dinas kesehatan, Dinas Pendidikan, hingga kader kesehatan.

"Jadi, dengan adanya diskusi ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari lokal terkait faktor kasus kesehatan mental yang terjadi. Nantinya, informasi ini akan digabung dengan berbagai literatur untuk mendapatkan modul yang tepat," tutur dia.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved