Keracunan Massal Sleman

Kabar Terbaru Keracunan Massal di Tempel dan Mlati Sleman, Dua Tempat Sama-sama Makan Siomay

BERITA Keracunan massal di Tempel dan Mlati Sleman Yogyakarta. Acara Penikahan dan Arisan . Jumlah korban keracunan massal setelah mengonsumsi makanan

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Ahmad Syarifudin
KERACUNAN MAKANAN: Kasus dugaan Keracunan massal, di hari yang sama ternyata bukan saja terjadi di Tempel, terjadi juga di dusun Sanggrahan, Tlogoadi, Mlati. 

Adapun kronologi awal dugaan keracunan massal ini bermula dari hajatan pernikahan yang digelar pada Sabtu, 8 Februari 2025.

Akad nikah dilangsungkan Sabtu pagi dan siangnya dilanjutkan resepsi.

Saat itu, pada hari resepsi ada sebagian makanan yang dibagi-bagikan kepada tetangga, masyarakat setempat. 

Setelah menyantap makanan, Sabtu malam sebagian warga mulai bergejala tetapi masih ringan. 

Warga mulai mendatangi RSUD Sleman pada Minggu pagi. 

Analisa Sementara

PENYEBAB KERACUNAN: Foto dok Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie. Dinkes DIY menginvestigasi penyebab keracunan di acara arisan dan pernikahan di Sleman, Senin (10/2/2025).
PENYEBAB KERACUNAN: Foto dok Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie. Dinkes DIY menginvestigasi penyebab keracunan di acara arisan dan pernikahan di Sleman, Senin (10/2/2025). (TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO)

Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini melakukan investigasi epidemiologi untuk mengidentifikasi penyebab utama insiden yang menyebabkan ratusan warga mengalami gejala keracunan.

Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengungkapkan bahwa evaluasi menyeluruh sedang berlangsung untuk memastikan faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam kasus ini.

“Upaya dari kami pertama dilakukan evaluasi atau pemeriksaan epidemiologi. Kami ingin mengetahui penyebab pasti mengapa terjadi keracunan makanan. Apakah masalahnya ada pada sanitasi yang buruk atau memang makanan dibuat tanpa memenuhi standar yang ada,” ujarnya, Senin (10/2/2025).

Kasus keracunan massal di Sleman terjadi di dua wilayah. Pertama terjadi di Padukuhan Krasakan, Tempel, Sleman dalam acara pernikahan pada Sabtu (08/02/2024). 

Mayoritas korban mengalami keluhan diare dan demam. Beberapa diantaranya harus menjalani rawat inap di rumah sakit. 

Kasus kedua terjadi di Dusun Sanggrahan, Kalurahan Tlogoadi, Mlati, ketika puluhan warga mengalami mual, diare, dan nyeri sendi bahkan sebagian ada yang muntah setelah mengonsumsi siomay yang disajikan dalam sebuah pertemuan arisan, Sabtu (8/2/2025).

Berdasarkan analisis awal yang dilakukan Dinkes DIY, makanan yang dikonsumsi korban memiliki jeda waktu sekitar enam jam dari proses memasak hingga penyajian.

Hal ini membuka kemungkinan adanya kelalaian dalam menjaga kebersihan selama proses pengolahan dan distribusi makanan.

“Bisa jadi makanan dimasak terlalu pagi, atau sanitasi saat pengolahan kurang terkontrol. Apakah katering yang menyajikan makanan ini memiliki sertifikat layak sanitasi? Apakah penjamah makanan menjaga kebersihan saat mengolahnya?” tambah Pembajun.

Dinkes DIY menegaskan pentingnya sertifikasi higienitas dan sanitasi bagi penyedia jasa katering.

Sertifikat ini memastikan bahwa katering memahami dan menerapkan standar keamanan pangan, termasuk pengaturan waktu memasak dan penyajian yang tepat.

“Jika katering sudah memiliki sertifikasi, mereka akan memahami standar keamanan pangan, termasuk kapan harus memasak dan menyajikan makanan agar tetap dalam kondisi baik,” jelasnya.

Selain mengevaluasi kualitas makanan, Dinkes DIY juga memeriksa aspek lain seperti kondisi ruang pengolahan makanan, pencahayaan, kebersihan lingkungan, serta alat dan sarana transportasi yang digunakan untuk mengangkut makanan.

“Sarana transportasi juga penting. Makanan harus diangkut menggunakan kendaraan yang tertutup dan higienis. Selain itu, bahan mentah dan makanan jadi harus dipisahkan, bahkan harus keluar dari pintu yang berbeda untuk menghindari kontaminasi,” imbuh Pembajun.

Hingga Senin (10/2/2025) pukul 13.13 WIB, tercatat sebanyak 160 orang menjadi korban keracunan.

Dari jumlah tersebut, 39 pasien masih menjalani perawatan inap, 14 orang dalam observasi, dan 107 lainnya telah mendapatkan perawatan jalan.

Sebagian besar korban dirawat di berbagai fasilitas kesehatan di DIY dan Magelang.

Sebagai langkah pencegahan, Dinkes DIY menekankan pentingnya penggunaan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan bagi para penjamah makanan, serta pemeriksaan kesehatan rutin untuk mencegah penularan penyakit menular dari penjamah makanan kepada konsumen. (Tribunjogja.com/RIF)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved