Alumni UGM Yogyakarta Lakukan Perjalanan ke Benua Terdingin di Kutub Selatan Bumi

ekspedisi ke Antartika mengantarkan Gerry menjadi orang Indonesia dan ASEAN pertama yang mengikuti program RAE yang sudah berjalan sebanyak 69 kali.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Iwan Al Khasni
Istimewa
Gerry Utama, alumni Fakultas Geografi UGM di Antartika selama Februari - Juli 2024 

Kemudian, jam setiap hari direset, artinya jam pada hari tersebut dapat maju lebih awal atau mundur. 

Begitu juga dengan arah kiblat yang dapat berganti setiap harinya, tambah Gerry.

Kondisi ini, menurutnya, dapat diperparah dengan kondisi angin kencang yang bisa sampai 300 km/jam sehingga tidak jarang, ia dan timnya harus bermalam di stasiun.

Tantangan di Antartika juga turut dialami oleh Dr. Nugroho Imam Setiawan. 

Dosen Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM tersebut pernah menjelajah Antartika pada bulan November 2016 hingga Maret 2017.

Ia mengaku tubuhnya merasakan gatal-gatal setiap saat sehingga ia harus meminum obat setiap harinya untuk mencegah reaksi tersebut.

KISAH Pembuatan Kue Moho di Magelang Dipasarkan hingga Jogja, Muntilan, Parakan, Temanggung

Geolog asal UGM Nugroho Imam Setiawan Ph.D saat melakukan penelitian di Benua Antartika.
Geolog asal UGM Nugroho Imam Setiawan Ph.D saat melakukan penelitian di Benua Antartika. (Ist)

Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya penghangat di tenda dan kewajiban untuk harus menggunakan pakaian tiga lapis setiap saat. 

“Apalagi kami tidak bisa mandi,” canda Nugroho. 

Bahkan, feses yang diproduksi harus dibawa pulang sebab kondisi suhu yang ekstrim membuat bakteri pengurai kotoran tidak dapat hidup. 

Nantinya, feses ini dibawa kembali dan akan dibakar di kapal. 

Nugroho awalnya tidak pernah berpikir dirinya akan menginjakkan kakinya di benua paling selatan di Bumi. 

Kisahnya dimulai saat ia menempuh kuliah S3 di Jepang pada tahun 2010.

Jepang merupakan salah satu negara yang rutin mengadakan ekspedisi dan mengajak peneliti asal Asia lainnya ke Antartika melalui lembaga Japan Antarctic Research Expedition (JARE).

Nugroho sudah mendaftar program tersebut pada tahun 2011, tetapi program tersebut dibatalkan sebagai imbas tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011.

“Saya saat itu sudah mendaftar, tetapi program ditutup dan dananya dialihkan untuk pemulihan pasca tsunami,” ujar Nugroho. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved