Wabah PMK Terus Meluas, DPKH Gunungkidul Sebut 42 Sapi Mati dan 415 Suspek
Saat ini DPKH Gunungkidul tengah berfokus untuk melakukan langkah pencegahan melalui penyuntikan vaksin.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Gunungkidul terus meluas.
Dari pendataan terbaru yang dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul mencatat sebanyak 42 sapi mati dengan indikasi PMK dan 415 sapi dinyatakan suspek PMK.
Kepala DPKH Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan penyebaran kasus PMK sudah ditemukan hampir di-seluruh kapanewon (kecamatan) yang ada di Kabupaten Gunungkidul.
"Kalau dari pendataan dan laporan yang kami terima sepertinya sudah. Maka dari itu, kami terus mengimbau kepada peternak agar melaporkan jika mendapati sapinya-sedang sakit atau mati agar bisa segera dilakukan penanganan lebih jauh,"paparnya saat dikonfirmasi pada Selasa (31/12/2024).
Ia menuturkan saat ini pihaknya tengah berfokus untuk melakukan langkah pencegahan melalui penyuntikan vaksin.
Sejauh ini, sebanyak 375 vaksin sudah disalurkan ke peternak sapi di lokasi yang ditemukan PMK.
"Mulai kemarin, Senin (30/12/2024) sampai hari ini, alokasi vaksin yang diberikan dari Pemerintah Provinsi DIY sudah disalurkan semua. Dalam penyalurannya, kami juga didampingi dengan Kementerian Pertanian bagian asosiasi ternak Indonesia,"ujarnya.
Baca juga: Lebih dari 30 Ekor Sapi di Gunungkidul Dilaporkan Suspek PMK, Ini Langkah yang Dilakukan DPKH
Dalam kesempatan itu pihaknya juga memohon tambahan lagi bantuan vaksinasi ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan).
"Tadi sudah saya sampaikan permohonan tambahan vaksin, sudah disetujui akan ada penambahan vaksin pada 2025. Untuk jumlahnya berapa masih kami lakukan pendataan, karena kami harus melihat kesiapan petugas maupun peternak yang memperbolehkan untuk dilakukan vaksinasi, jadi harus disesuaikan karena vaksin itu harus dihabiskan,"ungkapnya.
Antisipasi Berkelanjutan
Belajar dari temuan kasus PMK ini, ke depan DPKH Gunungkidul akan memberlakukan penyuntikan vaksin ke setiap ternak yang ada di Kabupaten Gunungkidul.
"Nanti ke depan kami akan menjadikan vaksin PMK ini menjadi kebutuhan karena sifatnya sudah endemik di Indonesia. Maka dari itu, ada wabah atau tidak adanya wabah, tetap setiap ternak harus mendapatkan vaksin. Sebab, masih ada peternak yang menolak ternaknya disuntik vaksin,"paparnya.
Untuk saat ini sebagai langkah preventif , pihaknya memberikan desinfektan kepada peternak dan mengimbau untuk meningkatkan kebersihan kandang.
Menurutnya, pentingnya menerapkan biosecurity untuk mencegah penyebaran penyakit PMK, mulai dari mencuci tangan sebelum dan setelah masuk ke kandang, mencuci baju yang digunakan setelah melihat sapi, hingga memisahkan sapi yang sehat dengan yang sakit.
Berwisata Sambil Berbagi, Alumni SMA Negeri 7 Jakarta Gelar Bakti Sosial di Gunungkidul |
![]() |
---|
Lepas dari Juru Kunci, Kontingen Gunungkidul Berhasil Duduki Posisi Keempat pada Peparda DIY 2025 |
![]() |
---|
Gebyar Keistimewaan di Gunungkidul Jadi Ruang Pemberdayaan Ekonomi Lokal UMKM |
![]() |
---|
Serapan Pupuk Subsidi di Gunungkidul Baru Mencapai 19,66 Persen |
![]() |
---|
Sri Sultan HB X Harap PORDA DIY 2025 Jadi Ajang Pembinaan Atlet Berkelanjutan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.