18 Tahun Gempa Jogja

HARI INI 18 Tahun Gempa Jogja, Apa yang Harus Dilakukan Jika Ada Gempa Besar?

18 tahun lalu, Gempa Jogja 2006 menewaskan ribuan orang di Bantul dan Klaten, ratusan ribu rumah rusak. Apa yang harus dilakukan jika ada gempa besar?

(KOMPAS.com/AMIR SODIKIN)
Poster pemain sepak bola yang langsung dipasang di pohon, serta karung bekas yang kembali dikumpulkan untuk alas tidur. Di Dusun Bondalem, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, ini hampir semua rumah telah rata tanah akibat gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006. 

Lantas, mengapa gempa Yogyakarta tahun 2006 itu begitu mematikan?

Melansir laman Universitas Gadjah Mada (UGM) di ugm.ac.id, Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM pernah menggelar diskusi bertema ‘Refleksi Gempa Bumi Yogyakarta 2006’ pada 4 April 2020.

Bangunan kios disebelah utara Pasar Piyungan di Tegal Piyungan, Srimulyo, Piyungan, Bantul sebagian besar rusak parah akibat gempa bumi, tampak sebagian bangunan yang roboh total dan ada sebagian yang bagian atapnya ambruk. Foto diambil sebelah utara jalan, Sabtu (27/5/2006)
Bangunan kios disebelah utara Pasar Piyungan di Tegal Piyungan, Srimulyo, Piyungan, Bantul sebagian besar rusak parah akibat gempa bumi, tampak sebagian bangunan yang roboh total dan ada sebagian yang bagian atapnya ambruk. Foto diambil sebelah utara jalan, Sabtu (27/5/2006) (Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY)

Dr. Gayatri Indah Marliyani, ST. M.Sc., Ahli Kegempaan Teknik Geologi UGM, menyampaikan banyak hal yang dapat dipelajari dari gempa tahun 2006 tersebut.

Dia menyebut, gempa itu memiliki magnitude sebesar M 6,4.

Pada umumnya, kekuatan dengan skala itu tidak menyebabkan kerusakan fatal.

Akan tetapi, pada kenyataannya, gempa tersebut berdampak besar dengan kerusakan yang ditimbulkan di hampir semua kawasan DIY. Berikut rangkumannya:

1. Kedalaman gempa dangkal

Gayatri mengatakan hal itu disebabkan sumber serta kedalaman dari gempa yang dangkal.

“Sumber gempa berada di daratan di Sesar Opak yang berada di sebelah timur Kota Yogyakarta, memanjang dari Prambanan hingga sisi timur pantai Parangtritis,” katanya pada saat itu.

Dia melanjutkan, sesar ini memang tidak secara langsung berada pada batas zona subduksi tapi pembentukannya masih berkaitan dengan proses subduksi lempeng samudera di bawah lempeng benua di selatan Jawa.

“Kedalamannya hanya 12,5 km di bawah tanah sehingga mengakibatkan efek goncangan cukup besar, mencapai sekitar VI-VII MMI," ungkapnya lagi.

2. Berada di cekungan Yogyakarta

Gayatri menyebutkan kondisi permukaan tanah Yogyakarta juga memengaruhi dampak kerusakan akibat gempa tersebut.

Ia menunjukkan area Yogyakarta ini berada dalam sebuah cekungan yang dibatasi oleh Pegunungan Kulon Progo di sisi barat dan Pegununungan Selatan di sisi timur.

Area ini disebut sebagai Cekungan Yogyakarta.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved