Panen Padi di Sleman Mundur Tiga Bulan, Harga Beras Meroket

Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman memprediksi masa panen raya padi di Bumi Sembada tahun ini mundur dua hingga tiga bulan.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Dok. Humas Pemkab Sleman
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, bersama Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto, dan Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DPPP) Sleman, Suparmono saat panen Padi sehat di Kelompok Tani Ngudi Makmur Prumpung, Sardonoharjo, Ngaglik Sleman, Rabu (8/3/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Fenomena El-Nino yang menyebabkan kemarau panjang pada tahun lalu berdampak signifikan di awal tahun 2024 ini.

Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman memprediksi masa panen raya padi di Bumi Sembada tahun ini mundur dua hingga tiga bulan.

Hal tersebut mengakibatkan ketersediaan pasokan gabah berkurang sehingga memicu kenaikan harga beras di pasaran. 

Kepala DP3 Kabupaten Sleman, Ir. Suparmono menyampaikan, panen raya padi di Sleman biasannya terjadi di bulan Februari-Maret.

Akan tetapi hingga saat ini belum masuk masa panen. Panen diperkirakan baru datang di bulan Maret dan itupun dengan luas lahan terbatas hanya sekira seribu  hektar.

Panen berikutnya diperkirakan baru terjadi di bulan April dan Mei dengan cakupan lebih luas sekira 7-8 ribu hektar. 

"Jadi panen raya mundurnya memang dua sampai tiga bulan. Jadi kalau kemudian sekarang beras agak langka, ya karena kemarin (tanamnya juga) mundur," kata Suparmono, Rabu (21/2/2024). 

Dampak dari mundurnya masa panen ini menyebabkan stok persediaan beras di pasaran menipis sehingga harganya merangkak naik.

Baca juga: 36 Ton Beras Diobral untuk Pasar Murah Tahap Pertama di Sleman

Apalagi, saat ini harga gabah juga sudah merangkak naik di atas rata-rata harga pokok penjualan (HPP) Pemerintah. 

Suparmono mengatakan, satu hektar lahan pertanian padi jika dikonversi menjadi beras menghasilkan 3,8- 4 ton.

Artinya, panen dengan luas lahan seribu hektar yang akan datang di bulan Maret, hanya memasok persediaan 3.800 hingga 4000 ton beras.

Padahal kebutuhan beras bagi warga Sleman, dalam kondisi normal, bisa mencapai dua kali lipat dari jumlah tersebut. 

Sebab itu, Suparmono berharap panen raya di bulan April- Mei mendatang bisa berlangsung baik sehingga 7-8 ribu hektar pertanian padi bisa menghasilkan produktivitas yang banyak.

Pasalnya, anomali cuaca yang ditandai dengan panas- hujan belakangan ini ternyata berpengaruh terhadap tingkat produktivitas padi. 

"Kita kemarin hitung, karena saya baru sampling beberapa ya, masih di angka 4 ton kurang (untuk luasan satu hektar), berarti kan turunnya banyak. Itu pasti disebabkan hama, cuaca dan sebagainya," kata dia. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved