Marak Disinformasi, Pakar UGM: Perlu Upaya Sistematis Kenalkan Teknologi Nyamuk Wolbachia
Terkait hal tersebut, peneliti nyamuk dengan bakteri Wolbachia di Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad angkat bica
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penyebaran nyamuk Wolbachia masih menjadi kontroversi di masyarakat.
Bahkan, di media sosial beredar klaim-klaim keliru. Baik soal sumber pendanaan program, nyamuk wolbachia membawa berbagai penyakit, mampu mengubah orientasi seksual, sampai pemicu pandemi kedua.
Terkait hal tersebut, peneliti nyamuk dengan bakteri Wolbachia di Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad angkat bicara.
Menurutnya, disinformasi perihal penyebaran nyamuk Wolbachia luar biasa masif.
Baca juga: Tekan Angka Kemiskinan, Warga Kurang Mampu di Kota Magelang Dapat Bantuan Permakanan
"Wajar jika paparan disinformasi yang masif kemudian membuat munculnya penolakan. Di sisi lain, mereka tidak tahu apapun tentang Wolbachia kecuali dari informasi yang disinformasi tersebut," ujar Riris Andono, Rabu (6/12/2023).
Selain disinformasi, Riris menilai ada pihak-pihak yang mencoba memobilisasi beberapa elemen masyarakat untuk melakukan penolakan terhadap penyebaran nyamuk Wolbachia.
"Sehingga, saya lihat perlu juga untuk merangkul berbagai elemen masyarakat yang lain agar mereka tidak takut terhadap adanya semacam tekanan dan intimidasi," ujar Riris.
Padahal, lanjut Riris, berdasar hasil penelitian, teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di DI Yogyakarta menghasilkan penurunan 77 persen kejadian dengue.
"Karena sekarang sudah berhenti mengukur secara spesifik, data dari Dinkes menunjukkan 3 tahun terakhir kasus (dengue) lebih rendah dari rata-rata kasus selama 30 tahun sebelumnya. Ini kan cukup signifikan," terangnya.
Sebab itu, lanjut Riris, pemerintah perlu melakukan upaya yang lebih sistematis untuk mengenalkan teknologi nyamuk Wolbachia ini kepada masyarakat.
Apalagi di saat Pemerintah RI melalui Kementerian Kesehatan akan mulai melakukan inovasi menekan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) dengan nyamuk wolbachia.
Sebagai permulaan, nyamuk wolbachia itu bakal disebar di lima kota yakni Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur).
"Dimulai dengan krisis komunikasi ini menurut saya juga menjadi kesempatan agar masyarakat masyarakat memiliki ketertarikan yang lebih tinggi terhadap teknologi ini (nyamuk Wolbachia)," pungkasnya. (Han)
Fenomena Job Hugging, Ini Alasan di Baliknya Menurut Guru Besar Fisipol UGM |
![]() |
---|
Dosen FEB UGM Ungkap Alasan CHT Perlu Dinaikkan |
![]() |
---|
Pengamat Ekonomi Energi UGM Sebut Kebijakan Impor BBM Satu Pintu Pengaruhi Iklim Investasi |
![]() |
---|
Kata Pakar UGM soal Gaya Komunikasi Pejabat Publik yang Kerap Tuai Kontroversi |
![]() |
---|
Ekonom UGM Minta Pemerintah Jaga Stabilitas Kebijakan Fiskal Agar IHSG Tak Bergejolak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.