Berita Jogja Hari Ini

Kasus Penyalahgunaan Tanah Kas Desa Membuat Penjualan Properti di DI Yogyakarta Menurun

Ketua Real Estate Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur menyebut kasus penyalahgunaan tanah kas desa (TKD) menjadi salah satu faktor penyebab turunn

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
glynniscoxrealtor.com
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ketua Real Estate Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur menyebut kasus penyalahgunaan tanah kas desa (TKD) menjadi salah satu faktor penyebab turunnya penjualan properti di DI Yogyakarta

Ilham mengatakan penjualan properti triwulan I 2023 kemarin tumbuh positif.

Apalagi pameran properti pada Mei lalu terbilang sukses.

Namun sejak muncul kasus penyalahgunaan TKD di DIY, penjualan properti di DIY terus menurun. 

Baca juga: Tak Sanggup Beli Pakan Ayam, Seorang Pria di Yogyakarta Nekat Curi Kotak Infaq Masjid

"Bagi kami rupanya agak berdampak (kasus penyalahgunaan TKD). Awalnya kan menggembirakan (penjualan properti di DIY. Penjualan saat pameran bagus, nah setelah itu mulai menurun," katanya, Senin (18/09/2023). 

"Calon konsumen jadi agak ragu-ragu mau investasi, karena takut TKD. Bukan berarti nggak mau beli, tetapi mereka menunda dulu, memastikan dulu kalau bukan TKD," sambungnya. 

Ia menyebut dampak penyalahgunaan TKD membuat REI DIY kehilangan sekitar 40-50 persen konsumen luar DIY. Hal itu karena pangsa pasar REI DIY adalah luar DIY. 

Upaya yang dilakukan REI adalah meyakinkan konsumen terkiat status tanah. Ia memastikan rumah yang dibangun oleh anggota REI DIY bukan tanah kas desa

"Selama ini nggak ada anggota REI yang menggunakan TKD. Dan pengembang yang terlibat penyalahgunaan TKD itu juga bukan anggota REI. Karena skema proyek anggota kami adalah kepemilikan," terangnya. 

Selain penyalahgunaan TKD, ia menyebut penjualan properti DIY melambat karena biaya pendidikan. 

Meski begitu, ia optimis penjualan properti REI DIY akan meningkat hingga penghujung 2023. 

"Kami masih optimis, mungkin sekarang masih ada yang menunda. Karena biasanya Agustus itu agak melambat buat pendidikan, naik itu mulai September, meskipun sampai pertengahan September ini masih belum kelihatan. Mungkin Oktober, biasanya kamu gencar di triwulan terakhir," imbuhnya. (maw) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved