Kisah Inspiratif
Kisah Bon Ali Santri Tambak Beras Berpangkat Ipda, Bangun 14 Masjid dan Punya Ratusan Anak Asuh
"Setelah itu mulai ada yang menempati. Awalnya lima anak, sekarang sudah ada 110 anak yang tinggal di sini (yayasan) yang diluar juga ada," jelas
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Alasannya membangun masjid di pelosok desa lantaran kasihan dengan para lansia yang terlalu jauh ketika harus menunaikan salat di masjid.
"14 masjid itu ada di Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, dan satu lagi di Jawa Timur. Saya membangun sejak 2013," jelasnya.
Sementara 13 sumber air yang ia bangun berada di kawasan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Kabupaten Gunungkidul sejak dulu menjadi daerah langganan kekeringan ketika musim kemarau datang.
Sehingga kebutuhan air bersih warga di sana sangat sulit dijangkau.
"Kalau kemarau nyari air satu liter saja susah. Kalau mobil tanki air ke pelosok desa gak bisa aksesnya. Ya, sudah saya bikin sumber air bekerjasama dengan warga sekitar. Alhamdulillah bisa," ujarnya.
Impian selanjutnya Bon Ali ingin membangun rumah sakit di daerah terpencil Gunungkidul.
Lagi-lagi alasan kemanusiaan menjadi hal utama yang ia perjuangkan.
"Warga dipelosok Gunungkidul kalau mau ke rumah sakit jauh. Banyak kejadian orang sakit mau dibawa ke rumah sakit tetapi masih perjalanan sudah meninggal. Karena itu saya punya cita-cita mendirikan rumah sakit di sana," terangnya.
Dia mengaku sudah mendapat tanah wakaf di daerah Gedangsari.
Tanah itulah yang nantinya akan dijadikan tempat membangun rumah sakit.
"Saya sudah ada koordinasi dengan salah satu dokter. Beliau memang setuju, tetapi saya diminta merencanakan betul-betul," imbuh Bon Ali.
Tampung 15 Anak Mantan Teroris
Selain mengabdikan diri untuk masyarakat, Bon Ali juga berusaha mengembalikan pemahaman keluarga teroris.
Sedikitnya ada 15 anak mantan teroris yang saat ini ia asuh dan diberikan pemahaman tentang agama yang lurus.
"Ada 15 anak mantan teroris yang saya asuh. Ada juga para istri mantan teroris dan teroris yang saat ini menjalani tahanan," jelasnya.
Pendekatan Bon Ali kepads keluarga teroris itu tentu tidak mudah.
Karena selama ini polisi merupakan alat negara yang menjadi musuh para teroris.
"Awalnya saya datang ke rumah, saya memperkenalkan diri. Memang mereka gak suka dengan polisi. Tapi saya tidak menyerah," ujarnya.
Kedatangan kedua kalinya ke rumah teroris Bon Ali sempat berbincang dengan kakak seorang napi teroris.
"Dia berkata, selain Ali saya tidak suka dengan polisi," ujar Bon Ali menirukan ucapan kakak seorang napi teroris itu.
Sang kakak napi teroris itu tidak menyadari jika orang yang ada didepannya itu merupakan Bon Ali si Polisi teladan yang mendirikan yayasan anak yatim.
"Saya tanya kok hanya mau menganggap Ali saja sebagai polisi? Jawabannya karena Ali membangun rumah yatim. Dia itu mengaku menyimpan kliping koran berita saya. Terus saya suruh ambil saja. Begitu saya suruh melihat seksama, mereka terkejut," ucap Ali.
"Langsung saya dipeluk, mereka mau menerima saya. Sejak itu setiap kali saya main ke rumahnya saya selalu dibikinkan makanan," terang dia.
Berjalanannya waktu Bon Ali intensif berkomunikasi dengan para keluarga mantan teroris bahkan para napi teroris sekalipun.
"Saya mencoba mengubah pandangan berpikir mereka. Pernah saya telfon salah satu mantan teroris. Saya bilang, kamu mau jihad gak? Mau pak, jawabnya. Ya, sudah ikut saya nambah aspal. Sudah langsung tancap gas mereka," ujarnya.
Konsisten Karena Pesan dan Nasihat Kyai
Tidaklah mudah menjadi sosok seperti Bon Ali.
Naik turun suasana hati jelas mempengaruhi niat dan ketulusan dalam mengabdi.
"Saya bisa istikomah dikarenakan saya punya guru. Bukan karena saya istimewa tapi doa orang tua dan guru saya KH Djamaluddi Ahmad almarhum yang membuat saya seperti ini," terang dia.
KH Djamaluddin lah yang mendidik Bon Ali, merawat serta membentuk kepribadian Bon Ali hingga seperti sekarang.
"Saat masuk Polisi kan saya minta restu beliau sudab saya lakukan. Saya minta restunya pak kyai saya mau daftar polisi. Alhamdulillah guru beri restu dan guru juga memberi amanah. Kalau besok kamu jadi polisi jadilah polisi yang hubul wathon minal iman. Cintailah bangsa ini karena mencintai bangsa sebagain dari iman," katanya.
Pesan Kyai Djamal yang terus diingat Bon Ali yakni jadilah polisi yang dalam langkahnya selalu ada manfaatnya bagi bangsa Indonesia.
"Dengan hal itulah yang namanya santri biasa-biasa saja, yang gak pandai mengaji bisa seperti sekarang. Pokoknya tugas saya dengan guru adalah sendiko dhawuh apa yang diperintahkan beliau jadi polisi bermanfaat saya laksanakan perintah," ungkapnya.
"Jadi selama ini saya kok bisa istikomah. Istikomah saya adalah mendapatkan restu dari guru. Itu saya laksanakan. Pesan guru terngiang sampai sekarang," sambung Bon Ali.
Melalui ketulusannya ini, Bon Ali mendapat apresiasi dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada 2022 berupa sekolah perwira. (hda)
 
| Cerita Usaha Pinggir Jalan Menjawab Budaya Nongkrong Mahasiswa Yogyakarta |   | 
|---|
| Wanita Asal Gunungkidul Sukses Perkenalkan Batik hingga ke Jepang |   | 
|---|
| Cerita Warga Bantul Mengubah Sampah Kantong Plastik Jadi Rajutan Aksesoris |   | 
|---|
| Cerita Mbah Sastro Warga Magelang Berusia 103 Tahun, Ungkap Rahasia Umur Panjang |   | 
|---|
| Kisah Penjual Basreng Alun-Alun Kidul Yogyakarta dari Digendong hingga Naik Motor |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.