Kasus Mutilasi di Sleman
Sosiolog Sebut Kasus Mutilasi di Sleman Diduga karena Tekanan Sosial Pasca Pandemi
“Dia memiliki keterpaksaan melakukan pembunuhan, kalut dan pada akhirnya berusaha meninggalkan jejak,” ujarnya kepada Tribun Jogja, Kamis (23/3/2023).
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
“Sebenarnya saya agak khawatir, apa iya sesimpel itu alasannya untuk menguasai harta benda. Apa ada sesuatu yang lain dibalik itu?,” tanyanya.
Ia menjelaskan, biasanya pelaku melakukan kejahatan karena merasa harga dirinya dicederai oleh korban.
Kemudian, terkait motif menguasai harta benda, bisa saja itu turunan dari alasan utama, yakni harga diri yang merasa dicederai.
Grendi menambahkan, secara kultural, hubungan antara laki-laki dan perempuan akan mudah menimbulkan relasi intimasi.
Ini diartikan mereka berkenalan karena ada faktor ketertarikan lebih dahulu.
“Korban adalah ibu tunggal, dimana ketika dia menjadi ibu tunggal atau yang biasa disebut sebagai janda, dia akan mendapatkan stigma negatif. Untuk membangun relasi intimasi itu sulit dilakukan,” terangnya.
Maka, Grendi juga tidak menafikkan, mengapa korban mau bertemu dengan pelaku di wisma di Kaliurang.
“Nah, si pelaku ini juga kenapa memilih korban, karena ada relasi kuasa di sini. Perempuan sering dianggap lemah, secara kultural, meski tidak semuanya begitu. Kalau pelaku mau menguasai harta korban laki-laki misalnya, kemungkinan bakal dilawan balik,” terangnya.
Dia menilai, pelaku sebenarnya tidak terlalu merencanakan pembunuhan kepada korban, sebab masih banyak hal-hal yang membuat dia mudah dicari oleh pihak kepolisian.
Ditambahkannya, pemerintah juga harus hadir untuk melindungi dua anak korban mutilasi di Sleman itu.
Mereka berdua masih di bawah umur dan mungkin akan diasuh keluarga besar ibu.
“Pendampingan juga tidak terbatas pada anak, tapi juga keluarga kakek dan nenek karena ada pola pengasuhan yang berbeda untuk anak yang memiliki trauma seperti itu,” papar dia.
Ia berharap, media juga tidak perlu mengulik lebih lanjut tentang keluarga korban karena akan mencederai harga diri mereka.
Hal ini perlu diperhatikan lantaran kedua anak korban juga masih berada di usia tumbuh kembang.
“Anaknya nanti malah kena dampak dari ibunya. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang dilakukan korban. Bisa jadi, dia bekerja di pekerjaan yang tidak sesuai norma sosial dan banyak masyarakat tutup mata soal ini. Namanya urusan perut, manusia pasti akan melakukan segalanya,” tukas Grendi.
Terdakwa Kasus Mutilasi Pakem Sleman Hadapi Vonis Rabu Pagi |
![]() |
---|
Bacakan Pledoi, Pelaku Mutilasi Mamah Muda di Pakem Sleman Minta Hukuman Seringan-ringannya |
![]() |
---|
Pelaku Mutilasi Pakem Dituntut Hukuman Mati, Pusham UII: Dogma yang Sudah Lama Ditinggalkan |
![]() |
---|
Kabar Terbaru Kasus Mutilasi Mama Muda Asal Jogja di Penginapan Wilayah Sleman |
![]() |
---|
Sidang Tuntutan Terdakwa Kasus Mutilasi di Pakem Sleman Ditunda, Ini Pertimbangan Jaksa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.