Batik Lukis Wajah Karya Perajin asal Bantul, Laris di Papua Hingga Diminati Kolektor Luar Negeri
Kini permintaan batik lukis wajah semakin banyak peminatnya, bahkan ada kolektor dari luar negeri yang tertarik hasil karyanya.
Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
“Meski peminatnya banyak, tetapi produksinya tetap lama, sebulan hanya bisa 30 sampai 40 lembar batik saja. Untuk harganya mulai Rp750 ribu sampai Rp2 juta, tergantung detil lukisan, motif dan materialnya. Untuk pewarnaan, saya memakai yang ramah lingkungan dan tidak mengubah tekstur kain,” terangnya.
Ia menjelaskan, banyak calon pembeli meminta untuk dilukiskan wajahnya sendiri.
Namun banyak juga dia melukis wajah tokoh-tokoh terkenal. Ia mengatakan, permintaan paling banyak adalah menggambar wajah dari Gus Dur.
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa saat ini proses pemasarannya hanya dari mulut ke mulut.
Dari upaya tersebut, batik hasil karyanya pun sampai di tangan kolektor dari luar negeri, Singapura dan Korea Selatan.
Muzaki mengaku belum bisa memaksimalkan pemasaran secara online. Kendala perbukitan mengakibatkan ia kesulitan mendapatkan sinyal internet.
“Pemasaran dari teman ke teman, karena di sini sinyal susah, daerah perbukitan. Untuk respon WA saja lama. Tetapi saya juga menitipkan batik saya di galeri teman saya di Jayapura,” katanya.
Khusus di Papua, Jayapura, dirinya membuat batik dengan model masyarakat adat di sana, lengkap dengan ornamen-ornamen khas papua.
Alhasil, permintaan di sana pun cukup banyak. Bahkan dalam sebulan, ia biasa mengirimkan hingga 30 lembar kain batik ke Papua.
Lebih lanjut ia menyatakan, meski dikenal sebagai batik kreasi baru, namun proses pembuatannya tetap menggunakan teknik batik tulis yang merupakan identitas Kampung Batik Giriloyo.
“Selama tidak keluar dari proses batik tulis nggak papa, karena kita sepakat di satu paguyuban untuk tetap menjaga produksi batik tulis,” ucapnya.
Terpisah Ketua II Paguyuban Kampung Batik Giriloyo, Nur Ahmadi menekankan bahwa Giriloyo hanya dikhususkan untuk batik tulis yang dikerjakan manual dengan goresan tangan.
“Tidak ada batik cap, murni di batik tulis. Paling banyak adalah produksi motif klasik mataram,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, saat ini di Kampung Batik Giriloyo terdapat 540 pembatik di 12 kelompok.
Ia mengakui bahwa jumlah itu lebih sedikit dibanding jumlah pembatik dari generasi sebelumnya.
Namun penurunan jumlah pembatik itu disebutnya hal yang wajar.
“Tatkala batik kelesuan, antusias masyarakat untuk melestarikan batik juga berkurang. Maka kami selalu dorong anak-anak untuk mencintai batik. Apalagi saat ini ada ekskul batik di sekolah. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan,” tandasnya.(*)
Prakiraan Cuaca DI Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Satpol PP Bantul Tertibkan 28 Spanduk dan 15 Rontek Langgar Aturan |
![]() |
---|
Ipda Denny Hermawan, Anggota Polisi Ini Ikut Andil Gagas Kampung Tangguh Bebas Narkotika di Bantul |
![]() |
---|
Anggaran Danais 2026 Diperkirakan Berkurang, Bantul Tetap Usulkan Program Kegiatan |
![]() |
---|
10 Kalurahan di Bantul Dapat Surat Keputusan Penetapan Rintisan Kalurahan Budaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.