Mengenal Hipertensi, Penyakit Darah Tinggi yang Bisa Menyerang Orang Muda
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdaa) 2013 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terdapat sebesar 8,7 persen penderita
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penyakit hipertensi identik sebagai penyakit yang menyerang orang berusia lanjut karena risiko hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
Namun, kenyataannya, tidak sedikit kasus hipertensi menyerang kalangan usia muda.
Ali Baswedan, Sp.PD-KEMD, Dokter Spesialis Klinik Endokrin di Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdaa) 2013 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terdapat sebesar 8,7 persen penderita hipertensi usia 15-24 tahun.
Baca juga: Dinding Dapur Rumah Soekarno di Sleman Retak Diduga karena Getaran Alat Berat Pembangunan Tol
Sementara, Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1 persen.
Dari data tersebut angka kejadian tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,1 persen, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2 persen.
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun sebesar 31,6 persen, umur 45-54 tahun 45,3 persen, umur 55-64 tahun 55,2 persen.
Dia pun menjelaskan, menurut pendapat Kemenkes, seseorang dinyatakan hipertensi kalau dalam waktu dua kali pemeriksaan dalam rentang satu minggu tensi di atas 140.
Maka, jika pengukuran sudah 141 maka sudah masuk kategori hipertensi.
“Tapi sekali lagi pengukurannya harus dua kali dalam waktu satu minggu. Dari definisi Kemenkes seperti itu dalam dua kali pemeriksaan dalam seminggu jika tekanan darah 140 ke atas untuk batas atas dan 90 ke atas untuk batas bawah maka yang bersangkutan sudah dinyatakan hipertensi," ujar Ali, Senin (23/1/2023).
Dia menambahkan, hipertensi terkadang tidak memberikan gejala kepada pemilik tubuhnya.
Namun, begitu ada pengukuran tensi, tiba-tiba saja, angka tensi naik.
Meski demikian, ada juga orang yang mengalami gejala sakit kepala, merasa tidak nyaman dan lain-lain.
“Cuma ya itu, sebagian besar hipertensi, tidak bergejala atau silent, dan itu yang berbahaya,” bebernya.
Oleh karena itu, pemeriksaan secara periodik, bisa tiga bulan sekali, sangat penting untuk dilakukan agar setiap individu mampu mendeteksi sejak awal apakah dirinya ada hipertensi atau tidak.
Keracunan MBG Marak, Pakar UGM: Ada Kegagalan Sistemik dari Penyiapan hingga Distribusi |
![]() |
---|
Profesor UGM: Hilirisasi dan SDM Jadi Kunci Indonesia Kuasai Energi Hijau Global |
![]() |
---|
Lebih Cepat dan Produktif dari Sawit, Mikroalga Berpotensi Jadi Energi Hijau Masa Depan |
![]() |
---|
Dosen UGM Sebut Kenaikan Tunjangan DPR Bukti Kurangnya Sense of Crisis |
![]() |
---|
Dana Bantuan Parpol di Sleman Diusulkan Naik Hingga 140 Persen, Ini Tanggapan Akademisi UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.