Fenomena Sosial Manusia Silver di Jogja
Sosiolog UGM: Manusia Silver Bisa Jadi Bagian dari Ekspresi Seni dan Membangun Solidaritas
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sujito, memberikan pandangan agar fenomena manusia silver tidak dipandang secara pragmatis
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Salah seorang manusia silver yang ditemui Tribun Jogja bernama Deni Maulana, mengatakan, sebelum mencari uang dengan menjadi manusia silver, ia terlebih dahulu mengamen di beberapa persimpangan jalan wilayah DIY.
Ia juga pernah menjadi pengamen boneka di beberapa tempat, di antaranya simpang empat Kentungan, simpang empat Jalan Magelang dan tempat lainnya.
Deni memilih menjadi manusia silver lantaran menurutnya modal untuk menghibur orang di jalan tersebut terbilang murah.
Dirinya hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp9.000 untuk membeli cat besi atau cat kayu warna silver yang digunakan sebagai pemikat perhatian pengendara selama menjadi manusia Silver.
"Murah kalau manusia silver modalnya. Cuma cat besi atau kayu, harganya Rp9.000 bisa buat dua orang," katanya, saat ditemui Tribunjogja.com, Rabu (24/3/2021).
Cat yang digunakan untuk melumuri tubuhnya jelas tidak layak jika dipakai pada kulit manusia.
Akan tetapi hal itu ia lakukan lantaran saat ini mencari pekerjaan di tengah pandemi COVID-19 diakui olehnya sangatlah susah.
"Ya bagaimana lagi, ini urusan perut kok," singkat dia.

Supaya mudah dibersihkan, ia mencampur cat besi warna silver tersebut dengan minyak goreng.
"Jadi biar aman dan mudah dibersihkan ya saya campuri dengan minyak goreng. Perbandingannya satu banding satu. Itu untuk cat ukuran kaleng kecil," jelas Deni.
Hanya sekitar 15 menit proses mencampur dua jenis bahan itu dapat selesai, dan saat itu juga tubuh Deni yang hanya telanjang dada telah berwarna silver mengkilap.
Siang itu, Deni memilih di simpang empat Jalan Pangeran Diponegoro, Jetis, Kota Yogyakarta.
Deni tak sendirian, ada tiga kawan lain sesama manusia Silver yang mengisi di simpang jalan lainnya.
"Saya hidup di jalan udah hampir 10 tahun. Ya dulu mulainya ngamen, terus ya sekarang Nyilver (manusia silver-red)," terang pria yang mengaku berasal dari Kalimantan itu.
Baca juga: Pengakuan Manusia Silver di Yogya, Cari Rezeki di Masa Pandemi hingga Kejar-kejaran dengan Petugas
Baca juga: Kisah Asal-usul Kampung Pitu di Gunungkidul, Hanya Dihuni 7 Keluarga hingga Mitos Kepercayaan Warga
Ia mengatakan, awal pertama kali muncul manusia Silver sekitar awal tahun 2020 yang lalu.