Aksi Tolak Omnibus Law
DPRD DIY Perkirakan Anggaran Untuk Perbaikan Bangunan Pasca-Kericuhan Mencapai Rp 1 miliar
DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperkirakan pengeluaran biaya untuk perbaikan fasilitas yang rusak akibat kericuhan pada Kamis (8/10/2020) ke
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperkirakan pengeluaran biaya untuk perbaikan fasilitas yang rusak akibat kericuhan pada Kamis (8/10/2020) kemarin mencapai ratusan juta.
Beberapa fasilitas gedung tersebut rusak menjadi sasaran amukan massa yang menolak Undang-undang (UU) Cipta Kerja.
Kerusakan gedung meliputi kaca ruang fraksi, masjid, gerbang dan sejumlah bangunan yang lainnya.
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan evaluasi.
Pemeriksaan bangunan yang rusak juga dilakukan. Ia memperkirakan biaya untuk memperbaiki bangunan mencapai ratusan juta.
"Sejauh ini kami belum bisa menghitung secara pasti. Mungkin sampai Rp1 miliar lah. Karena kerusakan lumayan parah," katanya kepada Tribunjogja.com, Jumat (9/10/2020).
• Polisi Tangkap Puluhan Demonstran yang Terlibat Ricuh di Gedung DPRD DI Yogyakarta
Meski dalam kondisi beberapa bangunan yang masih porak-poranda, Huda memastikan kegiatan para wakil rakyat di DPRD DIY masih tetap berjalan normal seperti biasa pada hari ini.
"Kami masih bisa lakukan audiensi, rapat-rapat. Kawan-kawan masih bisa berkegiatan seperti semula," imbuh Huda.
Politisi PKS ini menegaskan, demo pada hari Kamis kemarin sama sekali tidak berpengaruh dengan kinerja DPRD DIY.
Masih kata Huda, pihaknya belum menentukan kapan akan dimulai rekondisi bangunan yang rusak tersebut.
• Aksi Massa di Malioboro Berujung Ricuh
"Biar itu disusun pak sekretaris. Kan kemarin sampai hari ini terus dibersihkan dan pengecekan," ungkapnya.
Ia turut menyesalkan massa aksi yang berujung adanya kerusakan.
"Ya mereka merusak mobil dari polda. Ada tujuh atau gak delapan mobil yang rusak," urainya.
Ia meminta aksi semacam ini tidak kembali terulang di Yogyakarta.
Karena ia menganggap kerusuhan dalam beraspirasi seperti ini tidak mencerminkan budaya warga Yogyakarta. (TRIBUNJOGJA.COM)