Kota Yogya

Pemkot Yogya Petakan Potensi Pajak VHO

HO yang kian menjamur cukup potensial untuk mendongkrak pendapatan dari sektor pajak.

Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Kota Yogya 

“Mereka lima kali lebih mendatangi saya dan setelah dipelajari terdapat sejumlah peraturan yang memberatkan hotel pada akhirnya,” ujar Tulus.

Realisasi Pajak Pemkot Yogya Baru 80 Persen

Dia menjelaskan, perjanjian bisnis yang diterapkan mengharuskan pemilik hotel untuk dapat mengikutinya.

Akan tetapi pada akhirnya akan memberatkan bahkan akan mengikat hotel itu sendiri.

“Peraturan yang mereka tawarkan sangat bertentangan dengan peraturan hotel kami sendiri seperti dalam menentukan harga hotel, mereka yang menentukan bukan kami,” jelasnya.

Tulus melanjutkan, para pemilik hotel harus jeli dalam memperhatikan aturan main yang mereka tawarkan.

Awalnya akan diberikan sejumlah uang untuk mengikat perjanjian namun berjalannya waktu tidak ada peningkatan dalam pembagian hasil hotel.

“Pemilik hotel di Yogyakarta harus lebih jeli memperhatian perjanjian yang mereka ajukan. Memang menerima uang terlebih dahulu akan tetapi dikemudian hari akan kecewa, namun semua kembali kepada pemilik hotel,” lanjut Tulus.

Hal yang sama diungkapkan Pemilik Griya Sentana Hotel Yogyakarta, Sanny Pratomo, dirinya pernah ditawari oleh VHO hingga beberapa kali.

Tutorial Super Mudah Menghilangkan Kantong Mata

“Mereka pernah menawarkan saya sekitar lima kali dan saya menolak penawaran tersebut karena menurut konsultan hotel kami bisnis itu tidak sehat,” ungkap Sanny.

Menurutnya, bila merujuk pada segi bisnis terdapat pemotongan cukup besar hingga mencapai 30% dari pendapatan hotel dan yang cukup mengkhawatirkan, mereka mengharuskan kontrak minimal tiga tahun.

“Saya kira dengan sistem begitu tidak akan sehat pada akhirnya bahkan ada informasi mereka yang menentukan harga jual kamar, bukan kebijakan pemilik hotel,” tuturnya.

Sedangkan untuk okupansi hotel Sanny mengungkapkan, keberadaan mereka cukup meresahkan dikarenakan harga jual mereka jauh lebih murah dari pada hotel biasanya.

“Mereka mulai menguasai seperti kos-kosan, homestay atau bangunan yang tidak berijin standar hotel untuk dijual dengan harga sangat rendah dan itu mengurangi okupansi hotel-hotel di Yogyakarta, terlebih jelang liburan Natal dan Tahun Baru ini,” pungkas Sanny. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved