Idul Adha 1439 H
Puasa Sunnah Arafah Memiliki Banyak Keutamaan, Seperti Inilah Lafaz Niat dan Waktu Menjalankannya
Puasa tersebut memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, bahkan telah dijelaskan dalam banyak hadist shahih.
Penulis: Hanin Fitria | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) bagi kaum muslimin yang tidak sedang berhaji.
Sedangkan bagi kaum muslimin yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah.
Puasa tersebut memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, bahkan telah dijelaskan dalam banyak hadist shahih.
Baca: Hikmah Puasa Sembilan Hari di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijah
Baca: Inilah Niat dan Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah sebelum Idul Adha
Baca: Lima Tradisi Unik Idul Adha di Berbagai Daerah di Indonesia
Dilansir Tribunjogja.com dari berbagai sumber, berikut ini tujuh hadits shahih yang menjelaskan keutamaan puasa arafah :
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda: “Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ
Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya (HR. Muslim)
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّى أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ
Puasa hari Arafah, sesungguhnya aku berharap kepada Allah, Dia menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah; shahih)
مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ بَعْدَهُ
Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni dosa-dosanya setahun yang di depannya dan setahun setelahnya (HR. Ibnu Majah; shahih)
مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ ذَنْبُ سَنَتَيْنِ مُتَتابِعَتَيْنِ
Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka dosanya diampuni selama dua tahun berurut-turut. (HR. Abu Ya’la; shahih)
مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ
Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka ia diampuni tahun depannya dan tahun belakangnya. (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; shahih lighairihi)
سَأَلَ رَجُلٌ عَبْدَ اللَّهِ بن عُمَرَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ؟ فَقَالَ : كُنَّا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعْدِلُهُ بِصَوْمِ سَنَتَيْنِ
Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar tentang puasa hari Arafah, dia menjawab, “Kami dulu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyamakannya dengan puasa dua tahun.” (HR. Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; hasan lighairihi)
Baca: Seperti Inilah Niat dan Tata Cara Mandi Sebelum Jalankan Shalat Idul Adha
Baca: Idul Adha 2018 - Memahami Makna Hari Tasyrik dan Amalan-amalan yang Dianjurkan
Baca: Sepenggal Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang Menjadi Sejarah Idul Adha
Waktu Puasa Arafah
Waktu untuk mengerjakan puasa arafah yaitu bertepatan dengan waktu wukuf.
Sehingga, saat jamaah haji sedang wukuf di arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, kaum muslimin yang tidak sedang mengerjakan haji disunnahkan untuk puasa arafah.
Niat Puasa Arafah
Dalam mazhab Syafi’i, lafal niat puasa Arafah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma ‘arofata lillaahi ta’aalaa)
Artinya: saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta’ala
Baca: Sebelum Melaksanakan Shalat Idul Adha Dianjurkan untuk Tidak Makan, Ini Penjelasannya
Baca: Begini Cara, Doa dan Amalan yang Paling Disunahkan Saat Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji
Baca: Ibadah Haji 2018 - Inilah 6 Lafaz Doa Tawaf Saat Menjalankan Ibadah Haji
Kapan waktu niat puasa Arafah?
Sebaiknya, niatnya di waktu malam sebelum terbit fajar.
Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niatnya di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.
Sebagaimana Rasulullah pernah puasa sunnah dengan niat di waktu pagi seperti pada hadits berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ. فَقُلْنَا لاَ. قَالَ فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ. ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا . فَأَكَلَ
Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuiku pada suatu hari lantas beliau bertanya, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun bersabda, “Kalau begitu saya puasa.” Kemudian di hari lain beliau menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays (jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat puasa.” Lalu beliau menyantap makanan tersebut. (HR. Muslim). (*)