RAHASIA! Pertanian Terpadu SITTI UGM Untung 73 Persen, Kunci Ketahanan Pangan Berkelanjutan di DIY

Untuk mengatasi tantangan tersebut, tim peneliti dari UGM memperkenalkan inovasi Sistem Integrasi Tanaman, Ternak, dan Ikan (SITTI).

Editor: Hari Susmayanti
Sumber: UGM.AC.ID
Peternakan ayam petelur yang dikembangkan oleh UGM di Sriharjo, Bantul 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sektor pertanian, peternakan, dan perikanan Indonesia memiliki potensi besar.

Namun, potensi ini terhambat oleh produktivitas rendah dan masalah penanganan limbah.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkenalkan inovasi.

Inovasi tersebut adalah Sistem Integrasi Tanaman, Ternak, dan Ikan (SITTI).

SITTI diperkenalkan kepada masyarakat di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul.

Penelitian ini sendiri dipublikasikan dalam Inovasi Jurnal Pengabdian Masyarakat (2024).

Tim peneliti melibatkan sejumlah akademisi, di antaranyaProf. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng., Prof. Dr. Ir. Endang Sutriswati Rahayu, M.S., Umi Hapsari, S.T.P., M.Sc., Badiatun Nihayah, Didik Purwadi, dan Wawan Saputra.

SITTI memadukan budidaya tanaman hortikultura, peternakan ayam petelur, dan perikanan lele bioflok.

Model ini dikembangkan dengan pendekatan BGC Economy (Bio, Green, Circular Economy).

Konsep ini mendorong pemanfaatan sumber daya hayati, menjaga kelestarian lingkungan, serta mendaur ulang limbah.

Baca juga: Titus Yuwono KS: Merintis Energi Terbarukan melalui Industri Cangkang Sawit

Penerapan SITTI di Sriharjo menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan.

Peternakan ayam mampu menghasilkan satu kilogram telur per hari.

Budidaya lele juga menghasilkan panen hingga 250 kilogram.

Inovasi ini menekan biaya operasional secara signifikan.

Limbah organik diolah menggunakan larva maggot (Black Soldier Fly), yang berfungsi sebagai pakan ikan.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved