Abadikan Jasa Sang Maestro, Bagong Kussudiarja Resmi Jadi Nama Gang di Singosaren Jogja

Peresmian nama gang Romo Bagong Kussudiarja digelar sebagai penghormatan, sekaligus upaya mengenang sepak terjang sang maestro seni di kampung itu

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
PERESMIAN - Suasana peresmian nama Gang Romo Bagong Kussudiarja, di Kampung Singosaren, Kemantren Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Minggu (16/11/2025). 

"Tahun '66 pindah ke sini, saya waktu itu masih umur lima tahun. Saya juga tinggal di sini, sampai akhirnya Pak Bagong mendirikan padepokan seni di Bantul," kenangnya.

Rumah sederhana bercat putih yang hanya berjarak beberapa meter yang dulunya ditempati Sang Maestro, saat ini masih ditempati oleh anggota keluarganya.

Kesan artistik pun tetap terasa begitu melekat di bangunan tersebut, di mana patung, hingga deretan lukisan karya Bagong Kussudiarja masih tertata rapi.

"Pak Bagong sampai sedonya (wafatnya) statusnya domisili di sini. Saya, KTP-nya juga tetap di sini, meski tinggalnya di Bantul. Jadi, akar kebudayaan saya tidak bisa tercerabut dari Singosaren," terangnya.

Kakak dari Djaduk Ferianto itu mengisahkan, karya-karya yang ditelurkan Bagong Kussudiarja di Singosaren telah melalang buana ke penjuru dunia.

Ingatannya masih melekat kala menyambangi Swiss beberapa tahun silam, ketika ia bertemu dengan seorang seniman yang dulunya belajar tari di Singosaren.

"Sekarang dia di Swiss mengajar tari, tarian-tarian yang dia pelajari di sini (Singosaren). Dan dia hidup dari tarian yang dibikin oleh Pak Bagong, dan dilatihkan di Singosaren ini," urainya.

Mantri Pamong Praja Wirobrajan, Sarwanto, menambahkan, peresmian nama gang ini merupakan usulan dari warga masyarakat setempat, sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan.

Setelah berkoordinasi dan mendapat restu dari keluarga Bagong Kussudiarja, akhirnya disepakati bersama penetapan nama gang tersebut.

"Salah satu bentuk penghormatan, penghargaan kami pada legenda yang dulunya memang tinggal di sini, berkarya di sini," terang Sarwanto.

"Ini juga bagian dari ikhtiar kami, agar generasi muda tidak melupakan para leluhurnya, sehingga budaya tetap terjaga dengan baik, khususnya di Kampung Singosaren ini," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved