Abadikan Jasa Sang Maestro, Bagong Kussudiarja Resmi Jadi Nama Gang di Singosaren Jogja
Peresmian nama gang Romo Bagong Kussudiarja digelar sebagai penghormatan, sekaligus upaya mengenang sepak terjang sang maestro seni di kampung itu
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Ringkasan Berita:
- Bagong Kussudiarja resmi jadi nama gang yang sebelumnya tak bernama di Singosaren, Kota Yogyakarta
- Penggunaan nama Bagong Kussudiarja sebagai wujud apresiasi dan mengenang kiprah sang seniman legendaris
- Budayawan Butet Kartaredjasa mengapresiasi nama sang ayah dijadikan nama jalan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Seperti akhir pekan biasanya, siang itu, Minggu (16/11/2025), Jalan R.E. Martadinata, Kota Yogyakarta, diwarnai hiruk pikuk kendaraan bermotor.
Namun, di balik keramaian jalan menuju pusat Kota Pelajar tersebut, terselip suasana khidmat dari sebuah gang kecil sarat makna, di Kampung Singosaren.
Gang yang sebelumnya tak bernama itu kini resmi menyandang nama 'Gang Romo Bagong Kussudiarja', sosok seniman serba bisa yang begitu melegenda.
Peresmian nama gang pun digelar sebagai ajang penghormatan, sekaligus upaya mengenang sepak terjang sang maestro seni di kampung tersebut.
Seperti diketahui, Bagong sempat menggulirkan aktivitas keseniannya, seperti mengajar tari dan lukis di Singosaren, sebelum akhirnya pindah menuju padepokannya di daerah Kembaran, Bantul.
Prosesi peresmian dilakukan secara simbolis oleh Mantri Pamong Praja Wirobrajan, Sarwanto, mewakili warga Singosaren, didampingi Butet Kertaredjasa, yang merupakan putra Bagong Kussudiarja.
Terang saja, Butet Kertaredjasa menyambut hangat inisiatif warga Singosaren ini, sebagai sebuah langkah penting yang penuh dengan makna kebatinan.
"Harapan saya tidak hanya di Kampung Singosaren, ya. Mungkin kampung-kampung lain di Yogyakarta itu kan banyak juga tokoh legendarisnya. Semoga dari sini bisa menginspirasi yang lain," katanya.
Baca juga: Warga Patangpuluhan Olah Sampah Pakai 10 Biopori Jumbo, Jadi Pilot Project di Kota Yogya
Ia menegaskan, pewarisan keteladanan dan kebaikan kepada generasi baru adalah esensi dari nguri-uri atau memelihara nilai-nilai kebudayaan yang ditinggalkan oleh para leluhur.
Butet yang meneruskan sepak terjang ayahanda di jalur kesenian dan kebudayaan itu tak menampik, bisa saja anak-anak muda di Singosaren dewasa ini tidak lagi mengenal figur Bagong.
"Kebaikan-kebaikan, keteladanan itu sepantasnya diwariskan kepada generasi-generasi baru. Karena dengan begitulah kita bisa nguri-uri kabudayan," ungkapnya.
Bagi Butet, Kampung Singosaren bukan sekadar tempat singgah, melainkan akar kebudayaan yang tidak mungkin tercerabut dari dirinya dan keluarganya.
Sarat Kenangan
Ia pun mengenang, Romo Bagong mulai tinggal dan berkarya di Singosaren sejak tahun 1966, setelah sebelumnya menetap di Ndalem Tejokusuman.
"Tahun '66 pindah ke sini, saya waktu itu masih umur lima tahun. Saya juga tinggal di sini, sampai akhirnya Pak Bagong mendirikan padepokan seni di Bantul," kenangnya.
Rumah sederhana bercat putih yang hanya berjarak beberapa meter yang dulunya ditempati Sang Maestro, saat ini masih ditempati oleh anggota keluarganya.
Kesan artistik pun tetap terasa begitu melekat di bangunan tersebut, di mana patung, hingga deretan lukisan karya Bagong Kussudiarja masih tertata rapi.
"Pak Bagong sampai sedonya (wafatnya) statusnya domisili di sini. Saya, KTP-nya juga tetap di sini, meski tinggalnya di Bantul. Jadi, akar kebudayaan saya tidak bisa tercerabut dari Singosaren," terangnya.
Kakak dari Djaduk Ferianto itu mengisahkan, karya-karya yang ditelurkan Bagong Kussudiarja di Singosaren telah melalang buana ke penjuru dunia.
Ingatannya masih melekat kala menyambangi Swiss beberapa tahun silam, ketika ia bertemu dengan seorang seniman yang dulunya belajar tari di Singosaren.
"Sekarang dia di Swiss mengajar tari, tarian-tarian yang dia pelajari di sini (Singosaren). Dan dia hidup dari tarian yang dibikin oleh Pak Bagong, dan dilatihkan di Singosaren ini," urainya.
Mantri Pamong Praja Wirobrajan, Sarwanto, menambahkan, peresmian nama gang ini merupakan usulan dari warga masyarakat setempat, sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan.
Setelah berkoordinasi dan mendapat restu dari keluarga Bagong Kussudiarja, akhirnya disepakati bersama penetapan nama gang tersebut.
"Salah satu bentuk penghormatan, penghargaan kami pada legenda yang dulunya memang tinggal di sini, berkarya di sini," terang Sarwanto.
"Ini juga bagian dari ikhtiar kami, agar generasi muda tidak melupakan para leluhurnya, sehingga budaya tetap terjaga dengan baik, khususnya di Kampung Singosaren ini," pungkasnya. (*)
| Tahapan Pemilihan Ketum Baru KONI Kota Yogyakarta Resmi Dimulai |
|
|---|
| Mosu Coffee Pogung, Tempat Nongkrong dan Work From Cafe 24 Jam di Jogja |
|
|---|
| Bobby/Melati Juara Indonesia International Challenge 2025 di Yogyakarta |
|
|---|
| OJK DIY Terima Ribuan Pengaduan Konsumen, Kerugian Capai Rp129 Miliar |
|
|---|
| Pemkot Yogyakarta Susun Raperwal Tindak Lanjuti Pergub DIY tentang Tuwanggana |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/peresmian-nama-Gang-Romo-Bagong-Kussudiarja.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.